Minyak Atsiri Indonesia

Rony Irawanto

POLA PERSEBARAN BUAH DAN LAJU GUGURAN DAUN Cinnamomum sintoc Blume DI KEBUN RAYA PURWODADI

Oleh: Rony Irawanto; UPT BKT Kebun Raya Purwodadi – LIPI, Pasuruan, email : biory96@yahoo.com

ABSTRACT

Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) is Lauraceae family that category as endangered species. This species have known as medicinal plant as well as essential oil plant. Because of the potency and extinct in wild, the study of fruit dispersal and fall of leaves Cinnamomum sintoc Bl are needed. This research was conducted in Purwodadi Botanic Garden. The method of collection is modification fruit funnel trap net with analysis descriptive. ArcVeiw was used for display purpose. Result show that 11-70 fruits collect with productivity of a month. Fruits dispersal pattern is varying, highest at southwest until east. It’s possible from wind and sun factor. Fall of leaves rate is decline about 160 grams in seasonal change, so that climate factor (rainfall and temperature) have an effect on phenology adaptation. Keywords : Fruit Dispersal,Cinnamomum sintoc Bl., Purwodadi Botanic Garden

ABSTRAK

Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) merupakan suku Lauraceae yang termasuk dalam katagori langka. Jenis ini diketahui sebagai tumbuhan obat juga sebagai tumbuhan penghasil minyak atsiri. Karena potensi dan status kelangkaannya, diperlukan penelitian tentang pola persebaran buah dan laju guguran daun sintok. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Purwodadi, dengan metode pengumpulan mengunakan modifikasi jaring penangkap buah dan analisis secara deskriptif. Program ArcView digunakan untuk tujuan mengambarkan pola tersebut. Hasil penelitian terkumpul 11-70 buah dengan produktivitas buah sebulan. Pola persebaran buah bervariasi, tertinggi pada arah barat daya sampai timur, dimungkinkan adanya faktor cahaya dan angin. Laju guguran daun menurun pada pergantian musim sekitar 160 gram, sehingga faktor iklim (suhu dan curah hujan) berpengaruh terhadap adapatasi secara fenologi.

Kata kunci : Persebaran buah, Cinnamomum sintoc Bl, Kebun Raya Purwoadadi.

PENDAHULUAN

Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) adalah anggota suku Lauraceae yang masuk dalam katagori langka [1]. Sintok merupakan salah satu jenis tumbuhan penghasil atsiri dengan 30 komponen minyak atsiri yang terdapat pada daun dan kayunya [2]. Jenis ini juga telah lama digunakan sebagai salah satu komponen jamu dan obat tradisional. Habitat pada perbukitan ( 700 – 1.700 m dpl) [3], tetapi juga terdapat pada dataran rendah dan pegunungan (diatas 2.400 m.dpl). Mengingat keberadaannya dialam sulit ditemukan, ditambah lagi ketidaktahuan masyarakat mengenai potensi dan ditebang untuk diambil kayunya. Hal ini menambah status kelangkaannya. Sehingga perlu dilakukan upaya pemanfaatan yang seiring dengan upaya pelestariannya. Terlebih lagi sintok juga termasuk dalam daftar komoditas tanaman perkebunan [4].

Informasi mengenai sintok masih sangat kurang, baik dalam hal budidaya, pemanfaatan, ekologi dan fenologinya di alam. Fenologi merupakan ilmu yang mempelajari penampakan aktivitas tumbuhan yang terjadi secara berkala pada waktu tertentu. Secara ekologi data fenologi ini sangat penting, seperti perilaku jenis pada suatu daerah tertentu atau respon terhadap perubahan iklim. Proses adapatasi jenis dapat mempengaruhi eksistensi tumbuhan tersebut di alam. Salah satu prilaku fenologi adalah penyebaran buah (biji) dan guguran daun. Kebun Raya Purwodadi memiliki begitu banyak kekayaan tanaman koleksi. Koleksi tanaman tersebut berasal dari berbagai kawasan di Indonesia. Namun Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) koleksi Kebun Raya Purwodadi hanya 4 pohon. Beberapa telah cukup dewasa dan telah teradapatasi dengan baik sehingga diharapkan dapat dijadikan model dari keadaan dan prilaku sintok yang tumbuh di hutan (alam).

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola persebaran buah dan laju guguran daun pada Cinnamomum sintoc Bl. Hasilnya diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap persebaran buah dan guguran daun sintok. Hal ini berguna sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan pemanfaatan tanaman sintok dan upaya konservasi serta budidaya secara luas dan intensif.

METODOLOGI

0g1

Gambar 1. Petak Pengamatan (Fruit trap net)

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2008 sampai 14 November 2008, bertempat di kawasan konservasi tumbuhan ex-situ Kebun Raya Purwodadi. Peralatan yang digunakan adalah meteran, paranet, neraca analitik, tallysheet dan alat tulis. Bahan penelitian berupa pohon sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) di Vak XVIII B. Penentunan pohon yang diamati berdasarkan lokasi yang tidak terlalu dekat dengan pohon sintok lain dan pengamatan jumlah bunga terbanyak. Dari 4 pohon koleksi sintok yang ada hanya Nomor 113 kode registrasi P19970362 yang memenuhi kriteria ini.

Selanjutnya pembuatan petak pengamatan. Petak pengamatan ini dibuat untuk mempermudah dalam pengumpulan dan penghitungan jatuhan buah matang serta guguran daun. Bentuk petak pengumpulan mengunakan modifikasi fruit funel trap net [5] dari paranet dan dihamparkan dibawah pohon seluas kanopi, berukuran 8 x 8 meter (Gambar 1). Petak tersebut dibagi dalam 8 mata arah angin.

Parameter yang diamati adalah jumlah jatuhan buah setiap hari dan guguran daun (gram) setiap minggu. Dari data yang diperoleh dilakukan analisis secara deskriptif. ArcView GIS 3.2 digunakan untuk menampilkan pola persebaran buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Persebaran Buah

Pola persebaran buah diamati sebagai upaya regenerasi jenis sintok secara generatif (mengunakan biji), karena secara vegetatif sulit dilakukan. Apabila tanaman dapat menghasilkan buah dan memancarkan biji secara sempurna dengan faktor lingkungan memungkinkan biji tersebut tumbuh, maka tanaman akan beregenerasi secara alami. Namun mengingat status kelangkaan jenis ini, dimungkinkan terdapat hambatan pada faktor lingkungan, produktivias buah serta karakter bijinya.

Sebagai contoh penelitian [6] di Kebun Raya Bogor selama 4 tahun (2001-2004) hanya mencatat sekali berbuah pada bulan Nopember (2003). Sedangkan penelitian [4] mencatat November (2005) dan Oktober (2006). Dimana semuanya berada pada awal musim penghujan. Hal ini menunjukan priodisitas berbuah sintok setahun sekali apabila iklim dan habitatnya sesuai.

Buah sintok terdapat di ujung percabangan, dengan satu buah terdapat satu biji (Gambar 2). Warna buah muda hijau dan buah tua hitam. Bentuk bulat lonjong berukuran sekitar 1 cm. Daging buah berwarna ungu kehitaman dengan rasa seperti mint. Berdasarkan pengamatan untuk proses dari buah muda sampai masak memerlukan waktu 3 – 5 minggu. Buahnya diketahui dimakan burung dan juga digunakan sebagai tempat menyimpan telur/larva serangga.

0g2

Gambar 2. Habitus sintok, buah muda dan masak serta gugurannya

Pengumpulan buah yang jatuh sangat umum dilakukan dalam proses pengumpulan biji, hal ini karena murah dan mudah, tidak memerlukan keahlian khusus seperti memanjat. Buah yang jatuh telah menunjukan masak secara fisiologis, meskipun tidak secara mutlak. Buah yang telah jatuh ditanah secara alami, harus segera diambil untuk menghindari kehilangan / kerusakan dari serangga, binatang ataupun jamur serta deteriorasi (perkecambahan yang prematur) [5].

Oleh karena itu pengumpulan buah diupayakan dilakukan setiap hari, karena buah sintok yang gugur jika dibiarkan selama lebih dari dua hari kemungkinan banyak yang rusak dan busuk. Selain itu bijinya bersifat rekalsitran sehingga tidak dapat bertahan lama apabila tersebar secara alami di alam. Hal ini terbukti tidak terdapat anakan / seedling sintok yang berada dibawah pohon induknya. Tetapi bukan berarti biji sintok viabilitasnya rendah. Biji sintok viabilitasnya cukup tinggi 91% jika biji langsung dibersihkan dari buah dan disemai pada pasir [4]. Apabila disemai pada kertas atau kapas tidak bisa tumbuh dan mudah terkena jamur. Hasil pengumpulan dan pengamatan buah sintok disajikan dalam Tabel 1.

0t1

0g3

Gambar 3. Jumlah buah terkumpul tiap minggu

Jumlah buah sintok yang masak tercatat antara 11 sampai dengan 70 buah. Dimana produktivitas buah terendah pada minggu pertama dan kelima. Sedangkan terbanyak pada minggu kedua dan keenam. Hal ini menunjukan pola bulanan (4 minggu) dimana dalam satu bulan produktivitas akan mulai meningkat pada minggu pertama, sampai puncak produktivitas pada minggu kedua, kemudian menurun sampai minggu kelima (bulan berikutnya) terulang kembali selama fase berbuah terjadi, seperti terlihat pada Gambar 3.

Dari tabel 1. jika dilihat sebaran buah pada delapan mata angin setiap minggunya sangat bervariasi. Sebaran perminggu dapat dilihat pada Gambar 4.

0g4

Gambar 4. Pola persebaran buah pada delapan arah mata angin tiap minggu

Jika hasil tersebut dibaca searah jarum jam pada minggu pertama sebelah barat sampai barat laut, minggu kedua dari selatan sampai timur, minggu ketiga barat laut sampai timur, minggu keempat barat sampai tenggara, minggu kelima barat sampai utara dan minggu keenam dari barat daya sampai timur. Sehingga produktivitas buah tertinggi berada pada arah barat daya sampai timur, dapat dilihat pada Gambar 5.

0g5

Gambar 5. Total persebaran buah pada delapan arah mata angin

Hal ini dimungkinkan adanya faktor lingkungan berupa cahaya dan angin. Dimana pada bagian barat daya sampai timur lebih terbuka, tidak terdapat pohon yang dekat sehingga tidak ternaugi. Sedangkan sebelah timur sampai barat daya terdapat 4 pohon jenis lain yang relatif dekat jaraknya dengan sintok. Cahaya matahari langsung dapat membantu proses fotosintesis daun dan metabolisme pemasakan buah. Angin dapat membantu proses penyerbukan bunga sehingga lebih banyak kemungkinan terjadinya buah.

Laju Guguran Daun

Sintok termasuk tumbuhan evergreen, yang artinya tumbuhan ini tidak mengalami gugur daun sepanjang musim. Meskipun secara normal tidak tampak perubahan pertumbuhan vegetatif tetapi jika dicermati terjadi penurunan laju guguran daun. Hasil pengumpulan guguran daun yang masuk dalam fruit trap net setiap minggu selama proses pengamatan menunjukan kecenderungan menurun. Pada minggu kedua 268,58 gram, minggu ketiga 236,76 gram, minggu keempat 204,94 gram, minggu kelima 135,68 gram dan minggu keenam 108,56 gram. Laju guguran daun sintok selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6.

0g6

Gambar 6. Laju guguran daun tiap minggu

Histogram diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan guguran daun pada pergantian musim sekitar 160 gram dari musim kering ke musim hujan. Pada musim kering tumbuhan secara umum akan mengugurkan daunnya untuk mengurangi laju transpirasi, dimana air hujan akan memberikan keberkalaan perubahan yang nyata dalam setahun [7].

Jika dibandingkan dengan pengamatan [6], pertumbuhan vegetatif sintok tidak mengalami perubahan, tetap stabil sepanjang tahun. Hal ini dimungkinkan karena selama proses pengamatan hanya memberikan nilai pembobotan (skala 1 – 5) skala 5 untuk daun dewasa dan skala 2 untuk daun menguning. Sehingga faktor perubahan iklim tidak mempengaruhi aktifitas tumbuhan. Dimungkinkan karena satuannya tidak terukur dan lokasi habitat yang berbeda. Menurut [8] menyatakan bahwa variasi fenologi dapat terjadi baik secara geografis, ekologis, species bahkan individu dapat dijumpai.

Dalam penelitian ini faktor iklim (suhu dan curah hujan) sangat mempengaruhi aktifitas tumbuhan. Kekurangan air menjadi faktor utama yang mempengarui siklus aktivitas tumbuhan. Pada minggu kedua belum terjadi hujan dan nilai guguran daunnya tinggi, pada minggu ketiga sudah terjadi hujan sekali dalam seminggu, kemudian minggu keempat dan seterusnya sudah masuk musim penghujan, dimana hujan hampir sering terjadi dan diikuti dengan pola penurunan Gambar 6. Laju guguran daun tiap minggu jumlah guguran daun sintok. Data curah hujan, kelembaban dan suhu udara harian selama bulan Oktober 2008 disajikan dalam Gambar 7.

0g7

Gambar 7. Data Suhu, Curah Hujan dan Kelembaban bulan Oktober 2008

Sehinga kemampuan adapatasi secara fenologi dapat bervariasi dipangaruhi oleh sifat genetik dan sinkronisasi fenologi dengan musim. Dimana musim kemarau dapat mempengarui aktivitas gugur dan semi daun, dengan respon pada setiap jenis bervariasi satu sama lain [9].

Pada sintok selain termasuk tumbuhan evergreen, jenis ini juga termasuk pohon yang tahan kering dan dapat beradaptasi pada lahan kritis, meskipun sampai saat ini sangat jarang jenis ini diteliti.

KESIMPULAN

Sintok termasuk tumbuhan evergreen, dikenal sebagai tumbuhan obat dan berpotensi sebagai penghasil atsiri, terlebih lagi termasuk katagori langka. Jumlah buah yang terkumpul 11 – 70 buah. Dimana produktivitas buah menunjukan pola bulanan mulai meningkat minggu pertama sampai puncak minggu kedua kemudian menurun sampai minggu kelima. Pola persebaran buah sangat bervariasi tiap minggunya, dengan tertinggi pada arah barat daya sampai timur. Hal ini dimungkinkan adanya faktor cahaya dan angin.

Laju guguran daun menunjukan terjadi penurunan pada pergantian musim sekitar 160 gram dari musim kering ke musim hujan. Hal ini dipengaruhi faktor iklim (suhu dan curah hujan). Sehingga kemampuan adapatasi secara fenologi dapat bervariasi dipangaruhi oleh sifat genetik dan sinkronisasi fenologi dengan faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mogea, P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan, Herbarium Bogoriense. Bogor.

[2] Azah, N., M.A., A. S. Ahmad, M. Rahmani, Manaf, A.A dan K. Shaari. 2002. Essential oil composition of Cinnamomum sintoc. Journal of Tropical Forest Products 8(2): 194-199. diakses tanggal 8 Juni 2008 dari http://trophort.com/003/ 754/003754255.html.

[3] R.H.M. J. Lemmens, I. Soerianegara and W.C. Wong (ed), 1995, PROSEA (Plant Resources of South East Asia) No. 5 (2) Timber Tree : Minor Commercial Timbers, Bogor.

[4] Irawanto,R. dan Darmayanti,A.S. 2008. Potensi Cinnamomun sintoc Blume Dan Konservasinya. Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas II. Univ. Airlangga. Surabaya

[5] Willan, R.L. 1987. A Guide To Forest Seed Handling. FAO Forestry Paper. Rome

[6] Hatta,H. Darnaedi,D. 2005. Phenology and Growth Habitats of Tropical Trees, Natural Science Museum, Tokyo.

[7] Ewusie,J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Diterjemahkan Usman Tanuwijaya. ITB. Bandung

[8] Larcher,U. 1997. Physiological Ecology of Tropical Plant. Springer Verlag. Berlin.

[9] Soejono. 2001. Fenologi Gugur Daun dan Semi Daun Beberapa Jenis  Pohon Tahan Kering di Kebun Raya Purwodadi. Proceeding Seminar Nasional Konservasi dan Pendayagunaan Tumbuhan Lahan Kering. KRPurwodadi. Pasuruan

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.