Minyak Atsiri Indonesia

Agung Sri Darmayanti

PENGARUH UMUR SIMPAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN TANJUNG (Mimusops elengi R. Br)

Oleh: Agung Sri Darmayanti

Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI, Jl. Raya Surabaya- Malang km. 65 Pasuruan- JATIM;  Email : agun004@lipi.go.id

ABSTRAK

1148460783

Tanjung (Mimusops elengi R. Br) adalah tanaman yang memiliki bunga yang sangat harum dan telah lama digunakan sebagai sumber bahan baku parfum karena keharumannya. Tanjung merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan biji. Kemampuan benih berkecambah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah faktor lamanya penyimpanan biji atau umur biji. Percobaan untuk mengetahui pengaruh umur biji terhadap perkecambahan tanaman tanjung telah dilakukan di kamar kaca Kebun Raya Purwodadi pada bulan Agustus 2008 menggunakan Rancangan Acak lengkap dengan perlakuan perbedaan umur simpan biji. Biji yang digunakan adalah biji yang berumur simpan 1 bulan (A), 2 bulan (B), 1 tahun (C), 2 tahun (D). Masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan jumlah 90 biji tiap ulangan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa umur simpan biji berpengaruh nyata terhadap perbedaan daya perkecambahan dan awal hari perkecambahan Daya perkecambahan tertinggi (90%) dicapai pada biji yang berumur 1 bulan dan awal perkecambahan paling cepat (17 hari) pada biji yang berumur 1 bulan, sebaliknya pada biji yang berumur 2 tahun tidak terjadi perkecambahan.

Keywords : Mimusops elengi, perkecambahan, biji, umur simpan

PENDAHULUAN

Mimusops elengi merupakan spesies dari famili Sapotaceae. Memiliki nama umum : tanjung (Indonesia), Bitis (Malaysia), Betis (Philipina), Kaya (Burma). M. elengi synonim : M. parvifolia R. Br, M. Elengi var. parvifolia (PROSEA). M. elengi merupakan tumbuhan asli Asia dan menyebar ke India, Sri Langka, Burma, dan Indochina serta Thailand (Sosef, et al.,1998)

0g1

Gambar 1. Bunga Tanjung

Tanaman ini merupakan pohon yang sedang besar yang tingginya antara 30- 40m.Anak cabangnya biasanya pendek dan terbagi diantara cabang utama. Cabang utama memiliki panjang 15-20 m, diameter lebih dari 100 cm. Banir lebih dari 2 m panjangnya (Sosef, et al.,1998). Terasnya cokelat muda, keras, halus, dan padat. Pada pohon yang tua dipalut oleh tiga jari gubal yang putih (Heyne, 1987). Permukaan batang terkadang retak dan mengelupas tipis. Batang bagian dalam berpori, kemerahan, dan mengandung sedikit air dan memiliki getah putih yang lengket. Daun berseling spiral, sederhana, dengan tepi daun bergelombang, dengan stipula kecil dan mudah runtuh. Bunganya biseksual atau bisa berupa bunga jantan atau bunga betina bersoliter dan terletak di aksil daun. Sepal dalam 2 lingkaran ada 4, mahkota putih dan berbau harumengan tabung pendek. Benang sari ada 8 dan ovary terletak di bagian superior. Buah berbiji 1-2 berbentuk bundar sampai elips, jika matang berwarna oranye lalu merah. Perkecambahannya termasuk tipe epigeal, dengan kotiledon muncul ke permukaan (Sosef, et al.,1998)

Anakan dan pohon tumbuh lambat. Di malaysia (Hutan Penelitian di Institut Malaysia) memiliki individu yang telah berumur 21 tahun dengan tinggi 34,5 m. Di Jawa pohon ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Bunganya yang wangi menghasilkan madu di dasar ovary memungkinkan penyerbukan oleh serangga. Penyerbukan juga terjadi karena bantuan angin. (Sosef, et al.,1998).

Biasanya tanaman ini hidup di dekat pantai, namun juga banyak ditemukan pada lokasi berbatu dan terjal sampai ketinggian 600 m. Tumbuh subur pada area curah hujan rendah, biasanya ditemukan pada habitat bermusim kering(Sosef, et al.,1998).

Pohon ini biasanya memiliki kayu yang kuat yang digunakan sebagai bahan baku konstruksi bangunan, perahu, atau pertanian. M. elengi memiliki bunga yang harum dan sering ditanam untuk ornamental taman dan peneduh di sepanjang jalan karena tajuknya yang rindang dan indah. Daunnya biasanya digunakan untuk menyembuhkan sakit kepala, dan dibakar sebagai rokok untuk mengobati radang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Jamu yang direbus dari kulit batang dicampur dengan bunga bisa menyembuhkan demam dan diare. Bunga segar digunakan sebagai bahan baku parfum atau digunakan sebagai penghias dekorasi (Sosef, et al.,1998).

Bunganya yang berjatuhan biasanya dikumpulkan dan dipakai dalam seuntai tali sebagai hiasan diri, dan setelah layu selama beberapa hari masih dapat dipertahankan keharumannya (Heyne, 1987). Minyak atsiri Mimusops elengi berwarna kuning pucat, berupa cairan mengalir yang sangat lembut, manis dan aroma bunga yang tahan lama. Sangat disukai lebah, karena sangat manis (Anonim, 2007).

Tanaman ini diperbanyak lewat biji dan stek. Biji dapat disimpan kurang lebih 9 bulan dan memerlukan perlakuan pemeraman pada bulan-bulan pertama penyimpanan. Perkecambahan yang terjadi 70-90 % pada 17-28 hari (Sosef, et al.,1998). Biji tanjung merupakan biji rekalsitran dengan karakteristik kadar air sekitar 10% sehingga dapat mengalami kemunduran viabilitas. Benih rekalsitran tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate recalsitrant. Tingkat toleransinya tergantung dari spesies masing-masing, untuk benih spesies dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20 – 35% dan suhu penyimpanan 12 – 15o C (Schmidt, 2000).

Untuk memperbanyak tanaman ini dengan menggunakan biji, perlu diketahui kualitas biji sehingga dapat diperoleh viabilitas yang tinggi yang nantinya dapat diperoleh bibit yang baik dan seragam. Kebun Raya Purwodadi adalah salah satu lembaga konservasi tanaman yang memiliki unit kerja yang melakukan aktivitas penyimpanan biji untuk keperluan museum dan bank biji. Dari bank biji ini, bibit tanjung untuk penelitian ini diperoleh. Penelitian ini bertujuan mengetahui viabilitas biji tanjung yang telah tersimpan dalam kurun waktu yang berbeda-beda yaitu dalam kurun waktu 1 bulan, 2 bulan, 1 tahun, dan 2 tahun. Biji-biji ini disimpan salam wadah plastik tertutup dalam suhu kamar.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan di rumah kaca Kebun Raya Purwodadi sejak bulan agustus sampai September 2008. Jumlah biji yang disemai untuk tiap perlakuan adalah 270 dimana tiap perlakuan diulang tiga kali.

A : Biji yang berumur simpan 1 bulan
B : Biji yang berumur simpan 2 bulan
C : Biji yang berumur simpan 1 tahun
D : Biji yang berumur simpan 2 tahun

Biji-biji tersebut sebelum ditanam telah mengalami perendaman 1 hari dengan air bersuhu 25oC, dan pemeraman selama 3 hari. Setelah itu ditanam pada bak pasir bermedia pasir tanpa diberi sungkup.

Pengamatan terhadap perkecambahan telah dilakukan setiap hari dan telah berlangsung selama 50 hari. Analisis data yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan analisis Perbandingan Berganda DMRT pada taraf kepercayaaan 95 %. Data yang diperoleh langsung dari lapangan adalah jumlah benih yang berkecambah, waktu perkecambahan awal dan total hari benih berkecambah optimum. Parameter yang diamati meliputi awal perkecambahan (HST) dan prosentase perkecambahan (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan umur simpan biji tanjung berpengaruh terhadap perbedaan karakter perkecambahan (awal perkecambahan dan prosentase perkecambahan) pada taraf kepercayaan 95%. Perkecambahan biji yang ditandai oleh munculnya plumula di atas media semai paling awal diamati pada hari ke-14 setelah tanam

0t1

Analisis data lanjutan pada taraf kepercayaan 95% terhadap awal perkecambahan menunjukkan bahwa biji yang memiliki umur simpan 1 bulan (A) mengawali perkecambahan paling cepat yaitu 14 HST, tidak berbeda nyata dengan perlakuan biji yang memiliki umur simpan 2 bulan (B) yaitu 20 hari, namun berbeda nyata dengan 2 perlakuan yang lain. Biji yang berumur simpan 1 tahun mulai berkecambah pada 25 HST, sedangkan yang berumur simpan 2 tahun tidak berkecambah. Hal ini juga dapat disebabkan oleh permeabilitas kulit biji terhadap air dan oksigen makin menurun karena makin kerasnya kulit biji akibat lamanya umur simpan. Menurut Kramer, et al (1960) kulit biji yang keras secara fisiologis mempunyai sifat yang kurang permeabel terhadap air dan gas yang diperlukan selama perkecambahan.

Analisis data lanjutan pada taraf kepercayaan 95% terhadap daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan A (Biji yang berumur simpan 1 bulan) memiliki daya kecambah yang paling tinggi yaitu 90 %, berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Biji yang berumur simpan 2 bulan dan1 tahun memiliki prosentase kecambah berturut-turut adalah 80% dan 5%, sedangkan yang berumur simpan 2 tahun tidak berkecambah sama sekali (0%). Benih ini dapat dikatakan sudah mengalami kerusakan viabilitas, karena benih rekalsitran tidak tahan terhadap waktu penyimpanan yang lama karena dengan karakteristik kadar air yang tinggi akan mudah terkontaminasi mikroba dan lebih cepat mengalami kemunduran bila disimpan terbuka dimana udara dan uap air bebas keluar masuk (Copeland, et al.,1985). Gambaran tentang tingkat daya perkecambahan keempat perlakuan sejak hari pertama munculnya kecambah sampai hari ke-50 pengamatan dapat dilihat pada   Gambar 2.

0g2

Gambar 2. Grafik Rerata Prosentase Perkecambahan Biji Tanjung

KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa umur simpan biji tanjung yang berbeda pengaruh nyata terhadap daya perkecambahan dan awal perkecambahan. Biji tanjung merupakan biji yang rekalsitran dimana waktu penyimpanan sangat mempengaruhi viabilitasnya. Masa penyimpanan 1 bulan dapat menghasilkan prosentase kecambah 90%, sedangkan biji yang disimpan 1 tahun menghasilkan sedikit sekali kecambah, bahkan yang berumur 2 tahun tidak berkecambah sama sekali. Perkecambahan tanjung dimulai antara 17 HST (Hari Setelah Tanam) sampai 25 HST. Prosentase Berkecambah dipengaruhi oleh rusaknya sifat fisiologis benih karena mikroorganisme ataupun udara dan uap air yang masuk. Sedangkan awal perkecambahan dipengaruhi oleh permeabilitas biji terhadap gas dan air saat ada dalam persemaian.

SARAN

Proses perkecambahan tanjung disarankan untuk melewati proses perendaman dan pemeraman biji terlebih dahulu untuk membantu perkecambahannya karena biji memerlukan waktu untuk pemasakan fisiologisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Bakula: India’s Intoxicating Garland Flower.

http://www.whitelotusaromatics.com/newsletters/bakul.html

Copeland. L.O., M.B. Mc. Donald.1985. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. New York.

Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Dirjen Balitbang Kehutanan. Jakarta

Kramer. 1960. Phsysiology of Trees. Vol II. Academic Press. New York

Schmidt, L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida Forest Seed Centre. Den Mark

Sosef, M.S.M., L.T. Hong, S. Prawirohatmodjo. PROSEA 5 (3): Timber trees Lesser-Known Timber. Bogor

1 Comment »

  1. hehehe hebat tuk aku ma my friends

    Comment by bila — November 15, 2010 @ 12:23 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.