Minyak Atsiri Indonesia

Yongki Kastanya Luthana

MINYAK ATSIRI DARI RIMPANG LENGKUAS

Oleh: Yongki Kastanya Luthana, http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/

Penelitian tentang kimia bahan alam dewasa ini semakin banyak dieksploitasi sebagai bahan obat-obatan baik untuk farmasi maupun untuk kepentingan pertanian, karena disamping keanekaragaman struktur kimia yang dihasilkan juga mengurangi efek samping yang ditinggalkan dan mudah didapatkan. Salah satu tanaman tersebut adalah lengkuas (Alpinia galanga Linn) (Muhlisah, 1999).

Bagian dari tanaman lengkuas yang sering digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Rimpang lengkuas secara tradisional digunakan untuk mengobati penyakit seperti : diare, disentri, panu, kudis, bercak-bercak kulit dan tahi lalat, menghilangkan bau mulut, dan sebagai obat kuat. Khasiat obat pada suatu tanamanumumnya disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya, salah satu diantaranya adalah minyak atsiri (Anonim, 2007).

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang akhir-akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa tanaman bersifat aktif biologis sebagai antibakteri dan antijamur. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa minyak atsiri dari daun sirih, rimpang temu kunci, dan kunyit memiliki aktivitas sebagai antijamur dan antibakteri (Elistina, 2005). Minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua komponen yaitu golongan hidrokarbon dan golongan hidrokarbon teroksigenasi (Robinson, 1991; Soetarno, 1990).Menurut Heyne (1987), senyawa-senyawa turunan hidrokarbon teroksigenasi (fenol) memiliki daya antibakteri yang kuat.

Lengkuas selain mengandung minyak atsiri juga mengandung golongan senyawa flvonoid, fenol, dan terpenoi. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan minyak atsiri pada rimpang lengkuas mengandung senyawa eugenol, sineol, dan metil sinamat (Buchbaufr, 2003)

Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor. Lengkuas mengandung asetoksi kavikol asetat dan asetoksi eugenol asetat yang bersifat antiradang dan antitumor (Buchbaufr, 2003).

Cara Ekstraksi Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas

Rimpang lengkuas yang sudah dipotong-potong sebanyak ±10 kg, dimasukkan ke dalam dandang alat distilasi uap sebanyak ±3 kg secara bertahap. Dandang dirangkai dengan pendingin (kondensor), kemudian dipanaskan. Air dialirkan pada kondensor dan dijaga agar air terus mengalir. Temperatur kondensor dijaga tetap dingin dengan menambahkan es, sehingga minyak yang menguap semuanya terembunkan dan tidak lepas ke udara. Distilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang selanjutnya dipisahkan dalam corong pisah. Untuk pemisahan sempurna, distilat ditambah natrium klorida (NaCl) agarminyak yang teremulsi terpisah. Fase air ditampung dengan erlenmeyer, untuk dipisahkan lagi karena kemungkinan masih mengandung sedikit minyak yang teremulsi. Fase air ini ditambah lagi dengan natrium klorida kemudian dipisahkan dalam corong pisah. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semuaminyak terpisahkan. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur dengan sedikit air, kemudian ditambah kalsium klorida anhidrat dan didekantasi.

Menurut Adi Parwata dan Sastra Dewi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DARI RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L.) disebutkan bahwa Konsentrasi minyak atsiri pada 1000 ppm dapat menghambat pertumbuhan kedua bakteri yang diuji yaitu bakteri E. coli dan S. aureus dengan diameter daerah hambatan masing-masing 9 mm dan 7 mm. Uji aktivitas bakteri pada konsentrasi minyak atsiri 100 ppm dan 1000 ppm menunjukkan bahwa diameter daerah hambatan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi.

Dan menurut hasil analisis Kromatografi Gas – Spektrometer Massa menunjukkan dalam minyak atsiri rimpang lengkuas yang aktif sebagai antibakteri terdapat minimal 8 komponen senyawa antara lain: D- Limonen; Eukaliptol; 3- sikloheksen-1-ol, 4-metil-1- (1-metiletil); Fenol, 4-(2-propenil) asetat; 2,6-oktadien-1-ol, 3,7-dimetil asetat; 1,6,10- dodekatrien, 7,11-dimetil-3-metilen; Pentadesen; Sikloheksen, 1-metil-4-(5-metil- 1-metilen-4 heksenil).

Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.

Daftar Pustaka

Anonim, 2007, Kunyit, http://www.id.online.org, 21 Juni 2007

Buchbaufr G., 2003, Original research paper, Acta Pharm, 53 : 73-81

Elistina, M. D., 2005, Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dari Daun Sirih (Piper betle L), Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Denpasar

Heyne K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta

Muhlisah, F., 1999, Temu-temuan dan Emponempon Budaya dan Manfaatnya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung, h.132-136

Soekardjo B. dan Siswandono, 1995, Kimia Medisinal, Universitas Airlangga, Surabaya

Soetarno S., 1990, Terpenoid, Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati ITB, Bandung

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.