Minyak Atsiri Indonesia

Suwandi

PERKIRAAN MINYAK ATSIRI YANG MASIH BERPOTENSI DI DALAM KRISIS GLOBAL

Oleh : SUWANDI, PT. DJASULA WANGI, JL.GARUDA No. 99, JAKARTA 10610 Telp:021 4209808, Fax:021 4244173. Email: djasula @ cbn.net.id

Mempelajari dari beberapa permintaan pasokan minyak atsiri dari luar negeri yang kami terima untuk tahun 2009, diperkirakan ada beberapa minyak atsiri yang masih sangat berpotensi untuk dijaga akan produksinya dan mungkin juga untuk dikembangkan. Ada 2 macam minyak atsiri yang cukup berpotensi dalam tahun 2009. Seperti yang telah kita alami saat ini, dimana minyak nilam harganya mulai jatuh disebabkan oleh beberapa hal, diantarnya disamping permintaannya yang turun dengan drastis, ditambah lagi dengan banyaknya minyak yang diproduksi. Sebenarnya hal ini sudah diperkirakan jauh sebelumnya, bahkan DAI juga sudah banyak memberikan pandangan mengenai daerah-daerah tertentu saja yang seharusnya mengembangkan nilam dan tidak ditanam beramai-ramai, sehingga pada suatu saat kita tidak akan kelebihan produksi. Tetapi ada juga hal lain yang menyebabkan turunnya harga yaitu naiknya harga minyak nilam yang terlalu tinggi sehingga pemakaiannya menjadi dibatasi.

MINYAK DAUN SEREH WANGI.

Minyak ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Akhir-akhir ini, produksi minyak sereh atau citronella dari beberapa daerah pasokan jauh berkurang, kurang lebih sudah berjalan hampir 1- 2 tahun lamanya. Hal ini sebagai akibat dari rendahnya harga pada saat itu yaitu hanya berkisar Rp.40.000,- s/d Rp.50.000/kg. Harga minyak sereh Indonesia tidak dapat bersaing dengan sereh ex China, dan Vietnam, dimana mereka melempar ke pasar internasional hampir sama dengan harga lokal di Indonesia. Oleh karena itu banyak tanaman sereh yang mulai ditinggal oleh para pengrajin sehingga supply menjadi turun drastis.

Dengan berkembangnya ekonomi di China akhir-akhir ini, maka petani sereh di China mulai tidak mau memproduksi minyak sereh apabila harganya tidak dinaikkan. Harga di pasaran internasional mulai naik dan minyak sereh Indonesia mulai dapat bersaing. Di samping itu ternyata pemakaian minyak sereh di dalam negeri juga berkembang dengan pesat. Minyak  sereh banyak dipakai sebagai obat gosok (minyak telon), campuran untuk anti nyamuk, bahkan sekarang sudah mulai dapat diolah menjadi bahan additive untuk penghematan pemakaian bahan bakar. Jika melihat dari banyaknya peluang pemakaian minyak sereh baik untuk keperluan ekspor maupun dalam negeri, maka diperkirakan, usaha menyuling minyak sereh ini cukup prospektif pada saat ini.

TANAMAN SEREH WANGI

Tanaman ini sangat mudah dikembangkan, cukup dengan rimpang akarnya. Mulai berproduksi pada usia sekitar 7 – 8 bulan dan kemudian diproduksi terus menerus untuk diambil daun nya kira kira 3 -4 kali dalam setahun. Tanaman ini baik untuk penahan erosi (pada lahan lahan kritis yang miring), tetapi juga harus diberi pupuk agar menghasilkan daun yang cukup banyak. Usia tanaman dapat bertahan bertahun-tahun dengan pemberian pupuk yang cukup sesuai dosisnya. Di Indonesia, jenis tanaman sereh wangi cukup banyak, dan yang cukup baik adalah jenis sereh tembaga. Jenis tanaman sereh wangi ini sudah dibuat kalsifikasinya oleh BALITRO BOGOR, dan diberi nama jenis G1, G2 dan G3. Ada juga jenis sereh yang memang tidak memenuhi standard SNI, dimana kadar citronella dan geraniolnya di bawah standar, tetapi produksi daunnya sangat besar dan tahan terhadap penyakit. Pada umumnya tanaman sereh tahan terhadap penyakit. Rendemen untuk sereh berkisar 0,5% – 0,7% dari daun basah.

MINYAK DAUN CENGKEH.

Minyak ini juga bukan hal baru. Masih banyak daerah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan produksi dari minyak daun cengkeh. Mereka belum memanfaatkan daunnya yang gugur untuk disuling menjadi minyak cengkeh. Padahal bahan bakunya banyak terbuang begitu saja. Dilihat dari kegunaan minyak daun cengkeh yaitu antara lain untuk pembuatan Vanillin crystal yang mana sangat dibutuhkan di olahan makanan, maka kami perkirakan bahwa kebutuhan minyak ini tetap akan diutamakan.

Madagascar merupakan salah satu Negara kompetitor Indonesia dalam hal produksi minyak cengkeh, namun belakangan ini Madagascar juga mengalami banyak badai yang membuat beberapa daerah penghasil cengkehnya rusak.

Saat ini sentra produksi minyak daun cengkeh masih berpusat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Potensi penyulingan minyak cengkeh di luar Jawa seharusnya dapat dikembangkan mengingat wilayah sentra cengkeh yang berada di luar Jawa cukup luas.

Penyulingan daun cengkeh biasanya dilakukan selama musim kemarau dan mulai berkurang pada musim hujan. Tapi apabila musim bunga tiba maka produksinya akan berhenti dan akan mulai bisa menyuling lagi pada saat sudah panen. Padahal tidak selamanya daerah penghasil cengkeh akan berbunga bersama-sama dengan daerah lain. Jadi dimana daerah yang tidak menghasilkan bunga dapat menyuling daunnya yang gugur.

Selain daun, minyak cengkeh dapat diperoleh dengan menyuling gagang, rontokan dari ayakan, serbuk sari dan kelopak bunga cengkeh. Di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 4 – 6 eksportir yang membeli minyak ini, dan kebutuhannya masih terbuka. Rendemen dari daun cengkeh berkisar 1,5% – 3%.

Jakarta, 25 November 2008.

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.