Minyak Atsiri Indonesia

Agung Sri Darmayanti

PENGARUH KEMATANGAN BUAH TERHADAP PERKECAMBAHAN KENANGA (Cananga odorata (Lam.) Hook. F. & Thoms)

Oleh: Agung Sri Darmayanti

Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI, Jl. Raya Surabaya- Malang km. 65 Pasuruan- JATIM

ABSTRAK

Tanaman kenanga merupakan sumber pendapatan besar bagi Indonesia di bidang perdagangan minyak atsiri internasional. Kenanga mengandung beberapa komponen minyak atsiri yang potensinya sangat cemerlang dan disukai produsen minyak atsiri. Tanaman kenanga mudah diperbanyak lewat biji. Percobaan mengenai viabilitas tanaman kenanga (Cananga odorata) telah dilakukan di Kebun Raya Purwodadi pada Juli 2008. Terdapat 3 perlakuan berbeda yaitu penyemaian yang berasal dari biji yang berasal dari buah yang berwarna hijau kehitaman (A1), berasal dari biji yang telah melewati pemeraman buah selama 5 hari (A2), dan biji yang berasal dari buah yang masak di pohon (A3). Percobaan menggunakan 150 sampel pada tiap perlakuan yang terbagi dalam 3 ulangan. Hasil percobaan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan bila ada pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap daya perkecambahan, nilai yang terbesar dimiliki oleh biji yang berasal dari buah yang masak di pohon (A3) yaitu 73,33% dan yang terendah adalah buah yang berwarna hijau kehitaman (24%). Sedangkan perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter kecepatan perkecambahan dan awal hari berkecambah.

Kata Kunci : Kenanga,, kecambah, biji, warna buah

PENDAHULUAN

Kenanga tergolong ke dalam suku kenanga-kenangaan (Annonaceae). Umumnya berbentuk pohon atau perdu, berkulit serat dan bertajuk lebar. Daun bersusun berseling, manunggal, tidak berdaun penumpu, berbentuk bulat telur, bertulang menyirip, bersisi rata, berujung runcing dan berdasar bundar. Bunga berbentuk bintang, berbau harum dan menyebar berupa bunga-bunga tunggal atau berkelompok pada tangkai bunga, sejumlah 3 sampai 5. Kelopak berjumlah 3 berbentuk lidah, bertaut pada dasarnya, berbulu, berwarna hijau, kemudian kuning kehitaman. Mahkota berjumlah 6, kadang-kadang 8 sampai 9, berbentuk pita, berdaging, terlepas antara satu dan lainnya dan tersusun dalam 2 lingkaran yang masing-masing berjumlah 3. Dasar bunga berbentuk pipih dan mencembung. Buah berbentuk oval berdaging tebal, berwarna hijau kemudian hitam dan umumnya mengelompok 6-10 buah, pada satu tangkai utama. Biji berjumlah 8-12 tiap buah, umumnya tersusun dalam 2 baris, berbentuk bundar, pipih, dan berkulit keras, berwarna cokelat. (Backer, 1963)

Bunga kenanga (Cananga odorata) adalah tanaman asli Indonesia. Tanaman ylang-ylang di Philipina (Cananga odorata forma genuina) masih satu spesies dengan bunga kenanga di tanah air (Cananga odorata forma macrophylla) (Rahardi, 2003). Sampai saat ini, di negara kita dikenal dua jenis kenanga, yakni Cananga latifolia, yang memiliki daun berbulu halus pada permukaan bawahnya, dan Cananga odorata yang umumnya memiliki daun yang tidak berbulu. Cananga odorata ini memiliki 2 forma, yakni forma macrophylla dan genuina (Sunanto, 1993). Dari segi taksonomi, diutarakan oleh Nasution, et al (1975) bahwa sifat-sifat pembeda forma yang telah disusun masih dirasakan tidak mantap, karena beberapa sifat pembeda seperti bentuk tajuk, penyebaran cabang-cabang, adanya lekukan/ tonjolan pada pangkal cabang, dianggap masih merupakan sifat yang tidak stabil dan sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Karena itu perlu dicari sifat-sifat lain sebagai pembeda yang lebih stabil. Dari segi pengembangan dianggap penting, karena adanya perbedaan kadar ester minyak kenanga dari berbagai forma yang disuling. Forma macrophylla yang umum disuling di Indonesia, mempunyai kadar ester  lebih rendah daripada forma genuine yang umum disuling di Filipina, sehingga harga pasarannyapun demikian.

Penyebaran tanaman kenanga di dunia adalah dari Burma sampai Australia bagian Utara, juga di India dan pulau-pulau di Pasifik sampai ke Hawaii. Kenanga dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai 1200 m dpl., menghendaki iklim panas dengan curah hujan antara 300 – 500 mm sinar matahari yang cukup dengan suhu 25 – 30 °C (Oyen, et all.,1999)

Kenanga diperbanyak dengan biji atau perbanyakan vegetatif. Bijinya mudah tumbuh, sehingga dalam skala besar, bibit dapat diperoleh dengan mudah. Biji kenanga diperoleh dari kenanga yang berbentuk pohon, yang berupa perdu jarang sekali menghasilkan biji. Kenanga mudah pula diperbanyak secara cangkok (Oyen, et all.,1999). Kenanga juga menghasilkan kayu, yang berukuran besar dijadikan peti mati atau perkakas rumah. Kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai serat untuk tali (di daerah-daerah Indonesia Timur), Bunga Kenanga dapat digunakan juga sebagai penghias dekorasi pada acara perayaan. Manfaat lain untuk aroma terapi yang efektif untuk melenyapkan bau badan yang sangat mengganggu. (Oyen, et all.,1999)

Dalam upaya pengembangan tanaman kenanga, perlu diketahui kualitas biji yang diperlukan untuk melakukan perbanyakan degeneratif, sehingga dapat diperoleh viabilitas biji yang tinggi dan seragam.Viabilitas biji dapat menurun salah satunya disebabkan karena kemasakan biji belum sempurna. Terkadang biji yang belum terlalu matang ikut terpetik saat memanen biji yang telah matang, atau dapat juga memang sengaja dipetik untuk selanjutnya diperam beberapa hari. Dari ketiga kemungkinan tersebut, penulis mencoba membandingkan viabilitas biji kenanga yang memiliki kondisi tingkat kematangan dan cara pematangan yang berbeda. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang perbanyakan tanaman kenanga dengan pemilihan kondisi kematangan buah yang tepat sehingga dihasilkan biji yang berkualitas dan seragam.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2008. Biji-biji diambil dari buah kenanga yang dihasilkan di desa Gajah Rejo, Purwodadi. Buah diambil pada tingkat ketuaan yang berbeda dan ada beberapa yang diperam. Buah kenanga yang masak dilihat berdasarkan warna kulit buah, yang berwarna hitam artinya telah masak, dan yang hijau kehitaman belum masak sempurna.

Penelitian dilakukan di rumah kaca Kebun Raya Purwodadi. Jumlah biji yang disemai untuk tiap perlakuan adalah 150 dimana tiap perlakuan diulang tiga kali.

A1 : Biji berasal dari buah yang berwarna hijau kehitaman
A2 : Biji yang melewati pemeraman buah
A3 : Biji berasal dari buah yang berwarna hitam (masak di pohon)

Biji-biji ditanam pada bak plastik tanpa diberi sungkup. Buah yang diperam diletakkan pada ruangan terbuka bersuhu kamar selama 5 hari.

Pengamatan terhadap perkecambahan telah dilakukan setiap hari dan telah berlangsung selama 60 hari.Analisis data yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan analisis Perbandingan Berganda DMRT pada taraf kepercayaaan 95 %. Data yang diperoleh langsung dari lapangan adalah jumlah benih yang berkecambah, waktu perkecambahan awal dan total hari benih berkecambah optimum. Parameter yang diamati meliputi awal perkecambahan (HST), daya perkecambahan (%) dan kecepatan perkecambahan ( % per hari ).

Kecepatan perkecambahan dapat dihitung menggunakan Rumus 1. menurut Schmidt 2000:

00

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap prosentase atau daya kecambah biji namun tidak berpengaruh terhadap awal perkecambahan dan kecepatan perkecambahan. Perkecambahan biji yang ditandai oleh munculnya plumula di atas media semai paling awal teramati pada hari ke-25 setelah tanam (HST), yaitu pada biji yang ditanam dari buah yang telah masak di pohon. Perkecambahan biji kenanga terjadi secara bertahap (tidak serentak) yang terjadi hingga hari ke 58 setelah tanam (gambar 1).

0g1

Biji yang berasal dari buah yang belum matang sempurna membutuhkan waktu awal yang relatif lebih lama untuk perkecambahannya. Hal ini diduga berkaitan dengan belum sempurnanya perkembangan embrio pada biji, sehingga embrio tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat berkecambah. Buah yang belum matang benar baru mengalami perkecambahan pada hari ke-38 setelah tanam. Namun perbedaan ini secara statistik tidak berbeda antara perlakuan yang satu dengan yang lain.

0t1

Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa biji berasal dari buah yang berwarna hijau kehitaman memiliki waktu perkecambahan yang relatif lebih singkat yaitu dari hari ke-38 sampai hari ke-58, ini disebabkan karena jumlah biji yang berkecambah sedikit. Berdasarkan analisis statistik, perlakuan juga tidak berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan, walaupun pada tabel 2 terlihat bahwa kecepatan perkecambahan biji dari buah yang masak di pohon nilainya paling tinggi yaitu 2,63% perhari dan yang terendah adalah biji yang berasal dari buah yang belum masak benar yaitu 1,93% perhari.

0t2

Perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan. Analisis data lanjutan pada taraf kepercayaan 95% terhadap prosentase perkecambahan (tabel 2) menunjukkan bahwa biji berasal dari buah yang telah masak di pohon memiliki prosentase perkecambahan yang paling tinggi, yaitu sebesar 73,33%, berbeda nyata dengan 2 perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan karena buah yang masak memiliki biji yang mengandung cadangan makanan yang cukup dan embrio yang telah sempurna. Dijelaskan pula oleh Meyer dan Mayber (1989) bahwa selama proses perkecambahan, di dalam biji terjadi proses metabolisme yang memerlukan energi yang besar yang diperoleh melalui respirasi. Pada biji yang berasal dari buah yang belum masak benar (warna buah hijau kehitaman) keterbatasan oksigen dan cadangan makanan untuk respirasi ini menjadi kendala dalam mencapai perkecambahan, selain itu embrio biji juga belum sempurna. Sehingga prosentase perkecambahan pada perlakuan ini hanya berkisar 24% lebih rendah pula bila dibandingkan dengan prosentase perkecambahan pada biji yang berasal dari buah yang sudah diperam yaitu 42,67%. Buah yang diperam melewati proses peningkatan jumlah oksigen dalam penyimpanannya sehingga aktifitas respirasipun meningkat.

Aktivitas respirasi akan menghasilkan energi yang besar yang digunakan nanti untuk perkecambahannya. Buah yang diperam mungkin akan memiliki energi untuk berkecambah yang hampir sama dengan buah yang masak di pohon, namun dari segi kematangan dan kesempurnaan embrio bisa jadi berbeda, sehingga energi yang tersedia tidak dapat dipergunakan seluruhnya oleh embrio untuk menjadi individu baru.Hal inilah yang menyebabkan prosentase perkecambahan biji dari buah hasil peram berbeda dengan buah yang masak di pohon.

KESIMPULAN

Biji yang dipetik dengan tingkat kematangan dan proses pematangan yang berbeda membawa pengaruh terhadap tingkat prosentase perkecambahan biji kenanga. Biji yang belum matang dapat mengalami masa pemeraman selama 5 hari untuk meningkatkan daya kecambahnya walaupun tidak setinggi daya kecambah pada biji yang berasal dari buah yang masak di pohon.

SARAN

Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai lamanya masa pemeraman yang paling tepat pada biji kenanga untuk mencapai tingkat prosentase kecambah sebaik pada buah yang telah masak pohon. Perlu diadakan penelitian lanjutan pula pada berbagai tingkat kematangan yang berbeda, yang dilihat berdasarkan kelunakan kulit buah (terukur oleh alat Petrotest).

DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A. & R.C.B.v.d. Brink, JR., 1963. Flora of Java 1. Noordhoof, Groningen

Oyen, L.P.A, & Nguyen Xuan Dung. 1999. PROSEA (19) : Essential Oil Plants.   Bogor.Indonesia

Mayer, A.M and A.P. Mayber.1989. The Germination of Seed. Pergamon Press. London

Nasution, R.E. & Sastrapradja, D.S. 1975. Mengenal Nilai Guna Kenanga (Cananga spp.). Buletin Kebun Raya Vol.2, No.3. Bogor

Rahardi, F. 2003. Ylang-ylang untuk Meraih Dollar. Harian umum Kompas: 17 Desember 2003. Jakarta

Schmidt, L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida Forest Seed Centre. Den Mark

Sunanto, H. 1993. Budidaya Kenanga. Penerbit Knisius. Yogyakarta

2 Comments »

  1. Dear Bapak/Ibu,

    Saya sedang mencari biji bibit pohon kenanga dan kantil,
    kira-kira ada tersedia di sini ga?

    Atau mohon bantuan nformasinya di mana saya bisa mendapatkannya.

    terimakasih
    salam
    Leo

    Comment by Leo — June 26, 2011 @ 7:05 pm

  2. Mohon informasi dimana bisa dijumpai pohon kenanga ini. Terima kasih atas informasinya.

    Comment by Yudi — March 6, 2012 @ 9:02 pm


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.