Minyak Atsiri Indonesia

Sri Wahyuni, dkk

STATUS PEMULIAAN TANAMAN SERAI WANGI (Andropogon nardus L.)

Sri Wahyuni, Hobir dan Yang Nuryani; Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(Perkembangan Teknologi TRO VOL. XV, No. 2, 2003)

ABSTRAK

Serai wangi (Andropogon nardus var. genuinus L.) merupakan penghasil minyak atsiri yang di perdagangan dunia dikenal dengan nama Java citronella. Terdapat dua tipe tanaman serai wangi yaitu mahapengiri dan lenabatu, kedua tipe tersebut dapat dibedakan dari morfologi tanaman dan mutu minyaknya. Tipe mahapengiri mempunyai mutu minyak lebih baik, tetapi produksi daun basahnya lebih rendah dari tipe lenabatu. Seleksi dan evaluasi serai wangi terutama terhadap produksi, kandungan dan mutu minyak sampai saat ini telah dihasilkan 4 varietas yaitu serai wangi 1, serai wangi 2, serai wangi 3 dan serai wangi 4 yang berasal dari nomor seleksi T-ANG 1, TANG 2, T-ANG 3 dan T-ANG 113. Dua nomor lagi merupakan nomor harapan yaitu T-ANG 115 dan T-ANG 127. Jumlah nomor koleksi serai wangi di Balittro pernah mencapai 126 nomor, namun demikian saat ini nomor yang masih dikoleksi hanya 7 nomor termasuk empat varietas yang telah dilepas. Untuk dapat dimulainya lagi kegiatan pemuliaan tanaman serai wangi tersebut, perlu dilakukan eksplorasi ke berbagai daerah dan mencoba menumbuhkan asal biji untuk menambah keragaman genetik.

PENDAHULUAN

Serai wangi (Andropogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dari famili gramineae. Ada empat jenis yang dikenal yaitu (1). A. nardus var. ceriferus yang biasa dikenal dengan serai dapur, minyaknya diperdagangkan dengan nama west Indies lemon grass, tanaman biasanya tidak berbunga. (2). A. nardus var. flexuosus atau disebut juga malabar grass atau cochin lemon grass. (3). A. nardus var. marginatus atau alang-alang wangi, kandungan minyak serta geraniolnya rendah dan rumput muda dapat dipakai untuk pakan ternak, tanaman ini juga jarang berbunga. (4). A. nardus var. genuinus atau serai wangi atau citronella grass. Serai wangi ditanam pertamakali di Cultuurtuin tahun 1891.

Minyak serai wangi digunakan untuk bahan dasar pembuatan esterester seperti hidroksi citronelal, geraniol asetat dan menthol sintetik yang mempunyai sifat lebih stabil dan digunakan dalam industri wangiwangian (Ketaren dan Djatmiko, 1978; Rusli et al., 1985). Minyak yang kurang memenuhi persyaratan ekspor dijual di pasar domestik sebagai bahan baku industri sabun, pasta gigi dan obat-obatan.

Di perdagangan dunia dikenal dua tipe minyak serai wangi yaitu tipe Srilanka dan tipe Jawa. Tipe Srilanka disebut juga Lenabatu berasal dari tanaman Cymbopogon nardus Rendle (Andropogon nardus Ceylon de Joung). Tipe Jawa disebut juga Mahapengiri berasal dari Cymbopogon winterianus Jowitt (Andropogon nardus Java de Joung) atau Java Citronella.

Mahapengiri mempunyai ciri daun lebih pendek dan lebih lebar dari Lenabatu. Selain itu mutu minyaknya lebih baik karena mempunyai kadar geraniol dan citronelal lebih tinggi (Guenther, 1990). Persyaratan mutu eksport minyak serai wangi adalah kandungan geraniol dalam minyak minimal 85% dan sitronelal minimal 35% dan tidak mengandung zat-zat asing (Anon, 1974).

Kandungan minyak serai wangi tidak dipengaruhi oleh waktu dan cara pemupukan (Soenardi, et al., 1980; Soenardi et al., 1981), demikian pula tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tumbuh seperti ketinggian tempat, kesuburan, dan pemeliharaan (Mansur, 1989), sedangkan pengaruh iklim, ada kecenderungan kadar citronelal dalam minyak cenderung lebih tinggi bila panen serai wangi dilakukan pada musim kemarau dibanding panen pada saat musim hujan (BPTP, 1956). Mengenai pengaruh cahaya, terhadap produksi dan kualitas munyak serai wangi belum pernah dilakukan penelitian. Faktor yang berperan dalam mutu minyak adalah faktor genetis tanaman. Oleh karena itu untuk produksi mutu serai wangi yang baik sebaiknya minyak disuling dari bahan tanaman yang bermutu baik.

Umumnya tanaman yang dibudidayakan di masyarakat bukan tanaman yang minyaknya bermutu tinggi, kemungkinan jenis yang dibudidayakan tersebut adalah termasuk tipe lenabatu. Jenis ini produksi daunnya cukup bagus, tetapi mutu minyaknya kurang baik dan tidak memenuhi standar ekspor yaitu mempunyai kandungan total geraniol dan sitronelal dalam minyak minimal 85% dan 35 %.

Ekspor citronella tahun 2002 mencapai 173.294 ton dengan nilai US$ 1150.393 dengan negara tujuan Eropa, Amerika, Jepang, India, Taiwan, Singapura dan Timur Tengah. Nilai ekspor citronella tertinggi adalah periode tahun 1975 – 1980 yaitu mencapai 57 % dari total volume minyak yang diperdagangkan yaitu sebesar 4000 ton/tahun. Setelah itu volume ekspor cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena persaingan dengan negara penghasil lain terutama dari Srilanka, selain disebabkan karena produksi tanaman yang rendah akibat tidak dipeliharanya tanaman dengan baik serta petani cenderung menanam serai wangi tipe lokal yang produksi daun basahnya lebih banyak tetapi mutu minyaknya kurang baik. Daerah penghasil serai wangi di Indonesia adalah Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Rusli, et al., 1985). Penanganan komoditas serai wangi telah dimulai sejak berdirinya cultuurtuin. Berbagai percobaan dilakukan untuk mendapatkan serai wangi unggul, teknik budidaya serta penyulingan yang baik sehingga dihasilkan mutu minyak yang baik pula. Perkembangan koleksi plasma nuffah dan status pemuliaan tanaman tersebut sampai saat ini diuraikan lebih lanjut dalam bab berikut.

STATUS PLASMA NUTFAH

Plasma nutfah serai wangi awalnya ditanam di KP Cimanggu Bogor yang terdiri dari tipe Mahapengiri dan Lenabatu. Karakteristik pembeda dari kedua tipe dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar geraniol dan sitronelal tipe Mahapengiri lebih tinggi dari pada tipe Lenabatu. Sampai dengan tahun 1958 jumlah koleksi serai wangi lebih dari 90 nomor.

0t1

Sebanyak 15 nomor diantaranya adalah berasal dari biji dan telah dilakukan evaluasi diantaranya adalah perkecambahan bibit asal benih, ketahanan terhadap penyakit dan kadar minyaknya.

Hasil evaluasi serai wangi asal biji tersebut disajikan pada Tabel 2, 3 dan 4 (BPTP, 1955; BPTP, 1956; BPTP 1957; BPTP, 1958). Pertumbuhan dan kadar minyak serai wangi asal bibit bervariasi, demikian pula kadar citronelalnya dalam minyak. Kadar minyak dan kadar citronelal tersebut lebih tinggi bila serai wangi di panen pada musim kemarau.

0t2

0t3

0t5

Tahun 1989 karakterisasi terhadap kandungan dan mutu minyak atsiri dilakukan lagi terhadap 63 nomor koleksi (Tabel 6). Dipilih nomornomor tanaman yang mempunyai kandungan total geraniol minimal 85% dan sitronelal minimal 35 % dalam minyak. Penetapan kandungan geraniol dan sitronelal diambil dari daun yang berasal dari 20 rumpun tanaman. Dari nomor tersebut diperoleh 8 nomor koleksi yang memenuhi persyaratan yaitu nomor-nomor tanaman T-ANG 1, 2, 3, 113, 114, 115, 127 mempunyai kandungan total geraniol 88-89% dan sitronelal 38-40% serta nomor T-ANG 132 dengan kandungan total geraniol 86% dan sitronelal 37% (Mansur, 1989).

0t6

STATUS PEMULIAAN

Hasil seleksi plasma nutfah serai wangi yang didasarkan terutama pada kandungan dan mutu minyak telah diperoleh 8 nomor koleksi. Selanjut nya kedelapan nomor terpilih tersebut ditanam ditiga lokasi yang mempunyai ketinggian tempat dan kondisi lingkungan yang berbeda yaitu Manoko (1200 m dpl), Cimanggu 240 m dpl) dan Citayam (50 m dpl) untuk melihat pertumbuhan dan konsistensi mutu minyaknya. Perbanyakan tanaman dilakukan secara vegetatif dengan anakan (potongan rumpun). Data hasil dari evalusi tersebut disajikan pada Tabel 7.

0t7

Dari kedelapan nomor serai wangi tersebut, mutu minyaknya tidak dipengaruhi oleh lokasi. Secara visual antar 8 nomor tanaman tersebut susah dibedakan karena memiliki ciri-ciri morfologi yang hampir sama yaitu : bentuk rumpun melebar, helaian daun lemas, warna daun hijau bercampur merah keunguan, warna pelepah hijau muda dan bentuknya conis. Ciri-ciri yang membedakan antar nomor adalah pada karakter jumlah anakan, produksi daun, kandungan minyak, kandungan total geraniol dan sitronelal (Mansur, 1989).

Kedelapan serai wangi tersebut merupakan koleksi yang berasal dari KP Cimanggu dan termasuk ke dalam tipe Mahapengiri. Dari delapan nomor yang dievaluasi empat nomor telah dilepas dengan keputusan menteri pertanian Nomor : 627/Kpts/TP/240/ 11/92 tertanggal 3 Nopember 1992 dengan nama serai wangi 1, serai wangi 2, serai wangi 3, dan serai wangi 4 yang berasal dari tanaman koleksi dengan kode nomor T-ANG 1, 2, 3 dan 113.

Karakter penting dari varietas yang sudah dilepas tersebut disajikan pada Tabel 8. Tiga nomor lainnya yang produktivitasnya lebih tinggi belum dilepas. Untuk dapat melepas nomornomor tersebut, berdasarkan peraturan yang baru, perlu dilakukan pengujian multilokasi di beberapa daerah produksi.

0t8

RENCANA KE DEPAN

Konservasi serai wangi yang utama dilakukan adalah di KP Manoko, Lembang Jawa Barat. Jumlah nomor koleksi yang ada pada tahun 2004 hanya tinggal 7 nomor yaitu T-ANG 1, T-ANG 2, T-ANG 3, T-ANG 113, TANG 115, T-ANG 127 dan T-ANG 132. Untuk memenuhi permintaan bibit serai wangi unggul yang telah dilepas mulai tahun 2003 telah dipersiapkan pertanaman untuk produksi bibit yaitu nomor T-ANG 1, 2 dan 3 seluas 1 hektar, sedangkan nomor lainnya ditanam hanya untuk keperluan konservasi secukupnya.

Koleksi yang ada sekarang semuanya tergolong ke dalam tipe mahapengiri. Untuk menambah keragaman genetik koleksi serai wangi perlu dilakukan eksplorasi ke daerah sentra produksi maupun daerah pengembangan baru baik terhadap serai wangi tipe Mahapengiri maupun Lenabatu. Dari koleksi yang pernah dipunyai baik dari hasil pengumpulan dari berbagai daerah maupun tanaman yang dikembangkan dari biji, beberapa nomor mempunyai kandungan dan mutu minyak yang memenuhi standar ekspor. Apalagi penyebaran tanaman T-ANG 1, 2 dan 3 telah dilakukan sejak tahun 1987 ke daerah seperti Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bengkulu, Sulut, Kalbar dan Kaltim, ada kemungkinan terbentuk race baru sesuai dengan lingkungan tumbuh setempat yang memiliki sifat-sifat unggul.

Pengelolaan plasma nutfah yang dilakukan adalah setiap nomor koleksi ditanam sebanyak 20 rumpun. Jumlah ini sudah dapat dipakai untuk bahan evaluasi kandungan dan mutu minyak, selain untuk mendapatkan karakter morfologi.

KESIMPULAN

Dari koleksi yang tersisa sebanyak 7 nomor koleksi, empat diantaranya sudah dilepas sebagai varietas unggul yaitu serai wangi 1, 2. 3 dan 4. Untuk kegiatan pemuliaan kedepan maka langkah yang perlu dilakukan adalah menambah keragaman genetik melalui eksplorasi, mencoba menumbuhkan tanaman dari biji, melakukan persilangan antar tipe kalau dimungkinkan, baru kemudian dapat dilakukan karakterisasi/evaluasi, kemudian menseleksinya. Masih perlu waktu panjang untuk dapat menghasilkan serai wangi unggul lagi mengingat koleksi plasma nutfahnya sangat minim.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1967. Laporan Tahunan LPTI Bogor, hal. 44.

Anonymous, 1974. Laporan Seminar Standarisasi dan Pengawasan Mutu Barang-barang Ekspor. Ditstan Dep. Perdagangan. Jakarta. BPTP (Balai Penyelidikan Teknik Pertanian), 1955. Laporan Tahunan. Balai Besar penyelidikan Pertanian. hal. 47-48.

BPTP (Balai Penyelidikan Teknik Pertanian), 1956. Laporan Tahunan. Balai Besar penyelidikan Pertanian. hal.69 – 71. BPTP (Balai Penyelidikan Teknik Pertanian), 1957. Laporan Tahunan. Balai Besar penyelidikan Pertanian. hal.78 – 80.

BPTP (Balai Penyelidikan Teknik Pertanian), 1958. Laporan Tahunan. Balai Besar Penyelidikan Pertanian. hal.100 – 101.

Guenther, E., 1990. Minyak atsiri (terjemahan, S. Ketaren dan R. Mulyono). UI Press. Jakarta.

Heyne, K., 1987. Tumbuhan berguna di Indonesia. Jilid I. Badan Litbang Departemen Kehutanan. hal 185 – 190

Mansur, M., 1989. Seleksi mutu dan produkei minyak serai wangi. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri Vol. XIV (4) : 151 – 157.

Mansur, M., 1990. Mutu dan produksi minyak klon unggul T-ANG 1,2,3 dan 113. Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Buku VII (Tanaman Minyak Atsiri). Bogor. hal. 1062 – 1067.

Mansur, M. dan M. Pandji L., 1987. Perkembangan penelitian plasma nutfah tanaman rempah dan obat. Edisi khusus Littro (1) : 38 – 46.

Mansur, M. dan O. Udin Suryana, 1992. Serai wangi unggul. Edisi Khusus Littro. Vol. VIII (29 : 54 – 59.

Ketaren, S. dan B. Djatmiko, 1978. Minyak atsiri bersumber dari daun. Dep. THP, Fatemeta IPB, Bogor. hal. 1-16.

Rusli, S., N. Nurdjanah, Soediarto, D. Sitepu, Ardi S. dan D.T. Sitorus, 1985. Penelitian dan pengembangan minyak atsiri di Indonesia. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat No. 2: 10-39

Soenardi, Marlijunadi dan Darmono, 1980. Percobaan waktu pemupukan serai wangi di KP Kalipare. Pemberitaan LPTI No. 36 : 21-28.

Soenardi, Darmono dan Marlijunadi, 1981. Cara pemupukan serai wangi. Pemberitaan LPTI Vol. 7 (39) : 10 – 14.

Somaatmadja, D., 1973. Pembinaan mutu minyak atsiri I : minyak citronella. Proceedings minyak atsiri I. BPK, Bogor. hal. 17 – 30

15 Comments »

  1. kalo di sumatera utara, kelompok tani mana atau siapa kontak person yang menyediakan bibit serei wangi pengiri, mabak Yu?

    rado.medan@yahoo.co.id

    salam
    Rado

    Comment by rado — July 22, 2009 @ 10:12 pm

  2. ass,wbr.mba boleh ndak saya mintak karakter dari tang 113, tang 127 tang 115 tang 132.tank`s sblm nya…..

    Comment by dodi — February 10, 2011 @ 8:46 pm

  3. kita siap support bahan mentah serei dengan harga murah langsung dari hasil panen dengan panen 6-8 bulan

    hub. kita di 081703393793
    031 77580320
    dwi

    Comment by dwi sugianto — October 24, 2011 @ 1:37 am

  4. DI JAWA TIMUR DIMANA SAYA BISA MENDAPATKAN BIBIT SERE WANGI MAHAPENGIRI ? APAKAH ADA KOMONITASNYA ? TERIMAKASIH

    Comment by KUSUMA — April 21, 2012 @ 9:07 pm

  5. berapa harga sere wangi

    Comment by SYAFRUDIN — May 30, 2012 @ 9:58 pm

  6. saya ingin membudidayakan se sere sere wangi

    re wangi di jalan jalan desa saya,sebagai penggerak pkk tingkat desa saya ingin di setiap pekarangan warga ada tanaman serenya,bagaimana dan dimana saya dapat mendapatkan bibit

    Comment by BULURAH — August 22, 2012 @ 6:34 pm

  7. berapa kemampuan beli importir luar negeri agar tidak kami ragu dan dipermainkan harga oleh agen pungupulllll khaidir gayo lues aceh

    Comment by khaidirridha — November 4, 2012 @ 8:57 am

  8. berapa kemampuan beli inpotir luar negeri minyak serae wangi thn 2012 SD 2016 KHAIDIR RIDHA G LUES PROP ACEH

    Comment by khaidirridha — November 4, 2012 @ 10:08 am

  9. Saya ingin sekali budiday Sere wangi, tapi saya tidak tahu memperoleh bibitnya, Bila ada yang bisa bantu saya tolong hubungi 0811653306 atau yantolai@yahoo.com

    Comment by Yanto — November 5, 2012 @ 1:06 am

  10. saya sekarang ini ada lokasi 2 h. ada rencana hingga 10 h. untuk bibit tang….sekian saya baru dengar, bersediakah bapak bila rencana 10 ha. ini berhasil, dari ali abdan banta gayo dari aceh (082361049792)

    Comment by ali abdan banta gayo — November 30, 2013 @ 6:43 am

  11. apakah serai wangi di tanam di daerah beriklim panas berbeda kandungan minyaknya.dengan menanam d aerah beriklim dingin….mbak yu?

    Comment by yanda — April 2, 2014 @ 10:10 am

  12. kalau saya ingn membeli bibit dimana dan berapa harganya makasih infonya salam manuel

    Comment by manuel — June 4, 2014 @ 4:02 am

  13. We assistance all established forms of ad offer and
    press standardised comprehensive product data details.

    Comment by facebook security codes hack — September 8, 2014 @ 2:11 am

  14. Kalo di bandung, jawa barat, dimana yaa tempat bercocok tanam sereh wangi? Dan dimana tempat untuk mendapatkan bibit unggul?

    Comment by zulkarnain — October 21, 2014 @ 1:30 am

  15. Saya di Aceh punya lahan 20 ha bgmana Cara menanam sereh wangi & dimana utk mendapatkan bibit unggul ygbisa expor, berencana ingin membudidayakanya di Banda Aceh kalau di Bandung jawa Barat di mana alamat yg bs sy hbg/ datangi mhn di bantu utk pembardayaan msyarakat di sana.mks.dari Tgk.H.zulkarnain.st.

    Comment by zulkarnain — October 21, 2014 @ 1:41 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.