Minyak Atsiri Indonesia

Agus Supriatna S, dkk

ANALISIS SISTEM PERENCANAAN MODEL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK DAUN CENGKEH : STUDI KASUS DI SULAWESI UTARA

Agus Supriatna S.1), U. Niko Rambitan2), D. Sumangat1) dan N. Nurdjannah1)

1)Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
2)Deperindag Propinsi Sulawesi Utara

(Buletin TRO Vo. XV No. 1, 2004)

ABSTRAK

Limbah dari tanaman cengkeh yang berupa gagang dan daunnya belum sepenuhnya dimanfaatkan di daerah Sulawesi Utara, padahal dari limbah ini masih dapat diperoleh minyak dengan cara penyulingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem perencanaan awal sebuah agroindustri penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh di wilayah Sulawesi Utara, serta menganalisis kelayakannya baik dari aspek teknik, manajemen maupun aspek finansialnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan serta peluang pengembangan teknologi penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh khususnya di wilayah Sulawesi Utara dalam skala usaha yang lebih besar. Diharapkan teknologi ini mampu meningkatkan nilai tambah komersial yang akan meningkatkan kesejahteraan petani. Metode yang digunakan adalah rancangan tata letak pabrik (plant layout design) dan metode ekonometrik. Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi pabrik di Sulawesi Utara, maka Kabupaten Minahasa merupakan lokasi yang tepat dilihat dari segi ketersediaan bahan baku, kemudahan pemasaran, kemudahan transportasi, ketersediaan tenaga kerja, sarana listrik, air, kemudahan investasi, iklim, unsur penunjang dan prospek jangka panjang. Secara teknis pabrik yang dirancang memiliki kapasitas penyulingan 18 ton daun cengkeh kering per harinya dengan prediksi perolehan minyak 504 kg/ hari pada rendemen penyulingan 2,8%. Secara finansial prediksi investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut di atas adalah Rp. 863.132.800,-. Modal investasi ini diperkirakan akan kembali selama 0,63 tahun atau 7,56 bulan dengan titik pulang pokok 10.515,2 kg/ tahun. Kekayaan perusahaan pada akhir proyek sebesar Rp. 13.181.990.610,-. Dari hasil analisis kelayakannya diperoleh NPV Rp. 5.353.342.926,- (lebih besar dari nol), nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (18%) yaitu 49,2 % dan B/C rasionya 1,66 (lebih besar dari 1), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan teknologi penyulingan minyak di Sulawesi Utara layak untuk dilaksanakan.

Kata kunci : Cengkeh, penyulingan, tata letak pabrik

ABSTRACT

Analysis of planning model system of clove leaf oil agroindustry : Case Study in North Sulawesi North Sulawesi is well known as the main producer of clove in Indonesia. Its by product, such as the leaves and bud stalks have not been exploited yet, although we can obtain the essential oil by distillation process. This research aimed to analyse the preliminary planning system of clove leaf oil agroindustries in North Sulawesi, and its technical and management feasilibility. The result of this research is expected to open the opportunity of clove oil distillation in a larger scale. The technology could also increase the commercial added value to the farmers. The method used was plant layout design and econometrical method. Based on the plant choice criterion in Sulawesi, the district of Minahasa is chosen as the right place to develop the clove leaf oil agroindustry in terms of raw materil availability, marketing and infrastructure, transportation facilities, manpower, investation and climate. Technically, the designed factory have a distillation capacities of 18 tones of dry clove leaves per day, which produce 504 kg of clove leaf oil per day at distillation yield 2,8%. Financially, investment prediction required to develop the clove leaf oil factory at above mentioned capacities is Rp. 863.132.800,-. This investment will be returned after 0,63 year or 7,56 months, with a break event point of 10.515,2 kg per year. The ecquity of company of the end of the project was Rp. 13.181.990.610,-. Feasibility study showed that the net present value (NPV) was Rp. 5.353.342.926,- (bigger than zero), IRR value was 49,2 % (bigger than current bank interest 18%). B/C-ratio was 1,66 (bigger than 1), therefore it can be concluded that the development of clove leaf oil distillation is feasible to beexecuted in North Sulawesi.

Keywords : Clove, distillation, layout

PENDAHULUAN

Cengkeh (Syzygium aromaticum L) merupakan komoditas perkebunan utama bagi daerah Sulawesi Utara. Areal perkebunan cengkeh di daerah ini sampai dengan tahun 2001 seluas 40.610 hektar dengan total produksi sebesar 11.800 ton (Dinas Perkebunan Sulawes Utara, 2002). Produksi cengkeh sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri rokok kretek, sementara limbahnya yang berupa gagang dan daun cengkeh belum sepenuhnya dimanfaatkan dan menjadi limbah. Padahal dari kedua limbah ini masih bisa diperoleh minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi.

Minyak cengkeh, sebagai salah satu jenis minyak atsiri yang sebagian besar diperoleh dari bunga cengkeh, merupakan salah satu sumber devisa negara, meskipun jumlahnya masih relatif kecil. Sebenarnya minyak cengkeh dapat pula diperoleh dari gagang dan daunnya. Diperkirakan produksi minyak daun cengkeh Indonesia pada tahun 2000 sebesar 1.317 ton atau sekitar 60 % dari produksi dunia yang besarnya 2.300 ton (Deperindag, 2001). Untuk mendapatkan minyak atsiri dari daun cengkeh dapat dilakukan dengan cara penyulingan.

Bagian yang disuling umumnya adalah daun yang telah gugur, karena selain nilai ekonominya rendah juga tidak merusak tanaman pokoknya. Dari tanaman yang berumur lebih dari 20 tahun, setiap minggunya dapat terkumpul daun kering sebanyak rata-rata 0,96 kg/pohon, sedangkan tanaman yang berumur kurang dari 20 tahun dapat terkumpul sebanyak 0,46 kg/pohon (Guenther, 1972). Mirna (1989) telah melakukan penyulingan minyak daun cengkeh dengan rendemen 2,8 % pada tekanan uap 1,6 kg/cm2. Sedangkan menurut Wahid et al., dalam Mirna (1989), minyak daun cengkeh memiliki rendemen rata-rata 3,56 %.

Menurut Eryatno (1999), kekeliruan metode dalam proses perencanaan agroindustri yang bersifat strategis adalah menerapkan langsung teknik penelitian operasional atau aplikasi statistik deskriptif. Hal ini dapat menjebak proses perencanaan strategis menjadi rencana operasional jangka pendek tanpa arahan (direktif) yang terprogram. Secara historik teknik statistik mempunyai kekurangan dalam mendasarkan metodologinya untuk mempelajari sistem agroindustri secara menyeluruh. Pengembangan agroindustri tidak bisa dianalisis secara parsial, namun harus dipahami dan dirancang secara keseluruhan karena pada dasarnya perubahan suatu bagian akan menyebabkan perubahan secara keseluruhan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem perencanaan awal sebuah agroindustri penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh di wilayah Sulawesi Utara, serta menganalisis kelayakannya baik dari aspek teknik, manajemen maupun aspek finansialnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan serta peluang pengembangan teknologi penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh, khususnya di wilayah Sulawesi Utara dalam skala usaha yang lebih besar yang mampu meningkatkan nilai tambah komersial dan kesejahteraan petani khususnya petani.

METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah metode rancangan tata letak pabrik (plant layout design) dan metode ekonometrik. Beberapa hal penting yang digunakan dalam analisa sistem ini adalah:

Lokasi pabrik

Letak perusahaan yang bersifat industri umum biasanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Untuk itu pemilihan lokasi alternatif pada penelitian ini didasari faktor-faktor ekonomi, yang meliputi ketersediaan bahan baku, pasar, transportasi, tenaga kerja, listrik/energi, prospek, air, investasi, sarana penunjang dan iklim.

Menurut Ahyari (1979), penentuan lokasi pabrik dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pembobot. Beberapa kriteria penilaian diberikan bobot bervariasi dengan angka 1, 2 dan 3, sesuai dengan keterkaitannya terhadap kelanggengan pabrik. Angka 1 menunjukkan derajat cukup penting, angka 2 derajat penting dan angka 3 derajat sangat penting. Masing-masing criteria penilaian diberikan pula angka sesuai dengan kota alternatif. Penilaian dilakukan dengan memberikan huruf SB (sangat baik) dengan nilai 5, B (baik) dengan nilai 4, S (sedang) nilai 3, K (kurang) nilai 2 dan SK (sangat kurang) nilai 1. Pada akhir perhitungan, masing-masing bobot pada faktor ekonomi dikalikan dengan masing-masing bobot pada kabupaten alternatif. Angka yang diperoleh kemudian dijumlahkan dan diambil jumlah yang terbesar sebagai kabupaten terpilih.

Lokasi yang menjadi alternatif pilihan berdasarkan faktor-faktor ekonomi tersebut adalah wilayah Propinsi Sulawesi Utara yang meliputi Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Sangihe Talaud.

Bahan baku, kapasitas produksi dan rancang bangun

Kebutuhan bahan baku akan ditentukan berdasarkan daun cengkeh kering yang tersedia di lokasi terpilih. Sedangkan bahan penolong ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan baku dan proses yang dilakukan.

Faktor pembatas dalam perhitungan kapasitas produksi ditentukan berdasarkan dua aspek, yaitu : (1) berdasarkan kemampuan pemasokan bahan baku, dan (2) berdasarkan kemungkinan daya serap pasar.

Sistem penyulingan pada dasarnya dibedakan menjadi tiga cara yaitu system penyulingan air, air dan uap, dan uap langsung. Dalam penelitian ini dipilih sistem penyulingan dengan menggunakan uap langsung, selain bisa menghasilkan rendemen minyak yang tinggi, sistem ini sangat baik untuk proses penyulingan dengan kapasitas yang besar.

0g1

Gambar 1. Bagan proses penyulingan minyak atsiri Figure 1. Destilation chart of clove oil

Ruang dan tata letak pabrik

Kebutuhan ruang ditentukan berdasarkan kebutuhan alat/mesin dan perlengkapan. Salah satu teknik untuk menentukan tata letak pabrik adalah analisis keterkaitan antar aktivitas, yang bertujuan untuk melihat keterkaitan hubungan antar aktivitas yang terjadi pada industri/pabrik sehingga dapat menjadi pedoman dalam merancang tata letak pabrik secara menyeluruh.

Menurut Apple (1977) untuk menggambarkan hubungan keterkaitan antar kegiatan, diberikan derajat keterkaitan antar aktivitas yang dinyatakan dengan huruf A, E, I, O, U dan X, dengan keterangan : A (absolutely) = letak antar kegiatan satu harus saling berdekatan dan bersebelahan dengan kegiatan yang lain; E (especially important) = letak antar kegiatan harus berdekatan; I (important) = letak antar kegiatan harus cukup berdekatan; O (ordinary) = letak antar kegiatan tidak harus bedekatan; U (unimportant) = letak antar kegiatan bebas tidak saling terikat dan X (undesirable) = letak antar kegiatan tidak boleh saling berdekatan atau harus saling berjauhan.

Dari derajat keterkaitan tersebut diberikan pula kode alasan pemilihan derajat keterkaitan dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 dengan penjelasan bahwa 1) urutan proses atau kerja, 2) penggunaan pekerja yang sama, 3) pengawasan, 4) efisiensi waktu dan jarak, 5) bising, asap dan debu, 6) adanya komunikasi atau pencatatan, 7) kontak antara pekerja dan 8) keindahan, kebersihan dan kenyamanan.

Dalam penelitian ini digunakan tata letak tipe produk, karena pabrik yang dirancang merupakan pabrik yang menghasilkan satu jenis produk yaitu minyak daun cengkeh. Keuntungan tata letak tipe produk menurut Apple (1983) adalah adanya aliran bahan yang lancar, kontrol proses mudah, waktu produksi singkat, biaya produksi per unit rendah dan keahlian pekerja yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Sedangkan kerugiannya adalah apabila terjadi kerusakan pada salah satu proses akan mempengaruhi dan mengganggu keseluruhan system produksi tersebut.

Analisis finansial

a. Modal investasi, digunakan untuk (1) pembelian tanah; (2) biaya bangunan dan konstruksi; (3) biaya pengadaan alat/mesin dan perlengkapan, serta (3) biaya pra operasional.

b. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan, bunga modal, pajak dan asuransi. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (De Garmo, et al., 1979), sebagai berikut :

01

Bunga modal dihitung dengan menggunakan rumus (De Garmo, et al., 1979), sebagai berikut :

02

c. Biaya tetap digunakan untuk biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya bahan bakar, listrik, biaya perbaikan dan pemeliharaan, serta upah karyawan.

d. Harga pokok adalah semua biaya untuk pembuatan produk (biaya produksi), dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Harga jual merupakan harga pokok ditambah keuntungan 20 % dari harga pokok dan pajak penjualan.

e. Waktu pengembalian modal, digunakan untuk mengetahui berapa lama modal awal tertanam dalam proyek. Waktu pengembalian modal adalah investasi yang tertanam dibagi dengan keuntungan bersih tahunan dan penyusutan. f. Analisis titik pulang pokok (BEP) digunakan untuk mengetahui jumlah minimum penjualan produk dengan tujuan perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga tidak mendapatkan keuntungan. Titik pulang pokok ini dirumuskan (De Garmo, et al., 1979) :

03

Arus kas bersih, merupakan analisis antara total penerimaan dan total pengeluaran selama umur proyek untuk mengetahui jumlah kekayaan perusahaan setiap tahun dan pada akhir proyek.

Analisis kelayakan proyek

a. Net present value (NPV), merupakan selisih antara present value dari penerimaan dengan present value dari biaya. Bila dalam analisa diperoleh NPV lebih besar dari nol berarti investasi layak untuk dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan.

Jika NPV sama dengan nol menunjukkan bahwa tingkat bunga yang berlaku atau yang digunakan sebagai dasar perhitungan sama dengan tingkat suku bunga investasi.

04

b. Internal rate of return (IRR), adalah suatu tingkat bunga dimana nilai kini (present worth) dari jumlah penerimaan sama dengan nilai dari jumlah pengeluaran, atau tingkat bunga i yang membuat nilai NPV dari penanaman investasi sama dengan nol. IRR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

05

c. Net B/C ratio, merupakan perbandingan antara total dari keuntungan bersih dengan biaya bersih, yang dirumuskan :

06

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi pabrik Potensi wilayah di tiga kabupaten dalam memproduksi cengkeh ditunjukkan pada Tabel 1.

0t1

Selanjutnya pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan kriteria penilaian pada masing-masing daerah yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Sangihe Talaud ditunjukkan dalam Tabel 2.

0t2

Berdasarkan Tabel 2, lokasi terpilih adalah Kabupaten Minahasa karena memperoleh nilai tertinggi setelah dilakukan pembobotan. Mengingat Kabupaten Minahasa ini sangat luas dan transportasi masih sulit, maka diambil satu lokasi yang representative, baik dari kedekatan wilayah dengan pasar, kemudahan transportasi, maupun ketersediaan bahan baku.

Bahan baku dan kapasitas produksi

Sampai dengan tahun 2002 Kabupaten Minahasa memiliki areal tanaman cengkeh seluas 41.608,25 hektar, yang tersebar di 38 kecamatan, sehingga rata-rata areal untuk setiap kecamatannya adalah 1.094,95 ha. Lima kecamatan yang memiliki areal tanaman cengkeh terbesar berturutturut adalah Kecamatan Kombi, Tereran, Tenga, Kakas dan Kec. Lembean Timur dengan areal berturut-turut adalah 5.639 ha, 3.661 ha, 3.410,1 ha, 2.583 ha dan 2.573,5 ha (Disbun Minahasa, 2002).

Berdasarkan rata-rata areal di atas, maka apabila di satu kecamatan dirancang sebuah pabrik penyulingan minyak daun cengkeh yang dapat menampung daun cengkeh kering dari areal 1000 hektar, maka jumlah bahan baku yang dapat ditampung setiap harinya adalah 18,9 ton daun cengkeh kering (asumsi jarak tanam rata-rata 8 x 8 m, jumlah daun kering 0,7 kg/phn per minggu dan satu tahun 300 hari kerja).

Dalam penelitian ini akan dirancang sebuah pabrik penyulingan minyak daun cengkeh dengan kapasitas 18 ton daun cengkeh kering per hari (setara dengan areal 1000 hektar) dan rendemen penyulingannya rata-rata 2,8 %, sehingga akan diperoleh minyak sebanyak 504 kg setiap harinya.

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pemilihan kapasitas tersebut diantaranya adalah (1) tipologi lahan yang terjal dan berbukit sangat menyulitkan dalam mobilisasi angkutan bahan baku; dan (2) tanaman cengkeh umumnya dibudidayakan dengan tanaman sela. Rancangan proses, spesifikasi alat dan perlengkapan Proses penyulingan minyak atsiri pada dasarnya ada tiga cara, yaitu (1) cara rebus; (2) cara kukus dan (3) cara uap langsung (menggunakan ketel uap). Proses penyulingan dilakukan dengan menggunakan uap langsung atau menggunakan ketel uap sebagai sumber uap panasnya.

Spesifikasi alat, mesin serta perlengkapan lainnya tertera pada  Tabel 3 di bawah ini.

0t3

Tata letak pabrik

Sebelum menentukan tata letak pabrik dilakukan analisis keterkaitan antar aktivitas. Analisis ini perlu dilakukan untuk efisiensi baik dalam penggunaan ruang maupun untuk kelancaran kerja.

0g2

Gambar 2. Bagan keterkaitan antar aktivitas Figure 2. Inter-relation ship between activities

Berdasarkan Gambar 2 tersebut, keterkaitan antar aktivitas dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Letak ruang kantor dengan a) ruang penanganan hasil harus berdekatan dengan alasan untuk kemudahan pengawasan, komunikasi dan pencatatan serta kontak antar pekerja; b) produksi tidak boleh saling berdekatan atau harus saling berjauhan untuk menghindari kebisingan, asap dan demi terjaganya keindahan, kebersihan dan kenyamanan; c) bak penampungan bebas tidak saling terikat; d) ruang pembuangan ampas tidak boleh saling berdekatan atau harus saling berjauhan karena kotor, debu, bau serta untuk menjaga keindahan, kebersihan dan kenyamanan; e) gudang briket bebas tidak saling terikat; f) gudang bahan baku tidak harus saling berdekatan dengan alas an hanya kontak antar pekerja; g) letak ruang kantor dengan ruang penjemuran harus cukup berdekatan untuk kemudahan komunikasi dan pencatatan.
  2. Letak ruang penanganan hasil dengan a) ruang produksi harus saling berdekatan dan bersebelahan untuk kemudahan urutan proses kerja dan efisiensi waktu dan jarak; b) penampungan bebas tidak saling terikat; c) ruang pembuangan ampas tidak boleh saling berdekatan atau harus saling berjauhan karena debu, kotor, bau dan untuk menjaga kebersihan, kesehatan serta kenyamanan; d) gudang briket bebas tidak saling terikat; e) gudang bahan baku bebas tidak saling terikat; f) ruang penjemuran bebas tidak saling terikat.
  3. Letak antara ruang produksi dengan a) bak penampungan harus saling berdekatan dan bersebelahan untuk menjaga urutan proses, efisiensi waktu dan jarak; b) ruang pembuangan ampas harus cukup berdekatan dengan alasan urutan proses dan untuk menjaga efisiensi waktu dan jarak; c) gudang briket harus berdekatan dan bersebelahan karena merupakan urutan proses dan untuk efisiensi waktu dan jarak; d) gudang bahan baku harus berdekatan dan bersebelahan karena merupakan urutan proses dan untuk efisiensi waktu serta jarak; e) ruang penjemuran bebas tidak saling terikat.
  4. Letak antara bak penampungan dengan a) ruang pembuangan ampas bebas tidak saling terikat; b) ruang briket bebas tidak saling terikat; c) gudang bahan baku bebas tidak saling terikat; d) ruang penjemuran bebas tidak saling terikat.
  5. Letak antara ruang pembuangan ampas dengan a) gudang briket harus berdekatan dan bersebelahan karena merupakan urutan proses atau kerja, adanya penggunaan pekerja yang sama, kemudahan pengawasan, efisiensi jarak dan waktu; b) gudang bahan baku bebas tidak saling terikat; c) ruang penjemuran bebas tidak saling terikat.
  6. Letak antara ruang briket dengan a) gudang bahan baku bebas tidak terikat; b) ruang penjemuran bebas tidak saling terikat.
  7. Letak antara gudang bahan baku dengan ruang penjemuran harus saling berdekatan dan bersebelahan dengan alasan merupakan urutan proses kerja, adanya penggunaan pekerja yang sama, kemudahan pengawasan dan untuk efisiensi jarak dan waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat denah pabrik penyulingan minyak atsiri sesuai dengan criteria yang sudah ditentukan diatas.

Kelayakan pabrik

Dalam menghitung analisis kelayakan pabrik penyulingan minyak atsiri ini digunakan beberapa asumsi, diantaranya adalah :

  1. Umur ekonomi alat/mesin adalah 10 tahun dan bangunan 20 tahun.
  2. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 18 % sesuai dengan tingkat suku bunga deposito yang sedang berlaku.
  3. Pajak penjualan sebesar 10 % dari harga pokok dan pajak pendapatan perseroan (PPs) sebesar 10 % untuk keuntungan hingga 25 juta rupiah, 15 % untuk keuntungan antara 25 – 50 juta rupiah, dan 30 % untuk keuntungan di atas 50 juta rupiah.
  4. Hari kerja efektif 300 hari/tahun dengan 8 jam kerja/hari dan biaya pemeliharaan alat/mesin, bangunan, perlengkapan dan instalasi adalah 2 % dari harga awal.
  5. Nilai akhir alat/mesin dan bangunan adalah 10 %, sedangkan  nilai akhir tanah adalah 200 %.
  6. Pajak dan asuransi mesin dan peralatan sebesar 2 % dari nilai awal, tanah dan bangunan sebesar 1 % dari nilai awal, dan asuransi tenaga kerja sebesar 2 % dari total upah per tahun.

Secara rinci perhitungan kelayakan pabrik minyak atsiri dari daun cengkeh ini adalah sebagai berikut :

00

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi pabrik penyulingan minyak cengkeh di Sulawesi Utara, maka Kabupaten Minahasa merupakan lokasi yang tepat untuk pengembangan teknologi ini dilihat dari segi ketersediaan bahan baku, kemudahan pemasaran, kemudahan transportasi, ketersediaan tenaga kerja, adanya sarana listrik, adanya sarana air, kemudahan investasi, iklim, tersedianya unsur penunjang dan prospek jangka panjang.
  2. Secara teknis pabrik yang dirancang memiliki kapasitas penyulingan 18 ton daun cengkeh kering per harinya dengan prediksi perolehan minyak 504 kg/hari pada rendemen penyulingan 2,8%.
  3. Secara finansial prediksi investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik minyak cengkeh pada kapasitas tersebut di atas adalah Rp. 863.132.800,-. Modal investasi ini diperkirakan akan kembali selama 0,63 tahun atau 7,56 bulan dengan titik pulang pokok 10.515,2 kg/tahun. Kekayaan perusahaan pada akhir proyek sebesar Rp. 13.181.990.610,-
  4. Hasil analisis kelayakannya menunjukkan NPV Rp. 5.353.342.926,- (lebih besar dari nol), nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (18%) yaitu 49,2 % dan B/C rasionya 1,66 (lebih besar dari 1), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan teknologi penyulingan minyak di Sulawesi Utara layak untuk dilaksanakan.

Saran

Penelitian ini hanya merupakan prediksi dari sebuah perencanaan awal pembangunan pabrik penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh, sehingga untuk mendirikan pabrik yang sesungguhnya perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A., 1979. Manajemen Produksi. Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Apple, J.M., 1983. Plant Layout and Material Handling Third Edition. John Wiley and Sons, Inc, New York.

De Garmo, E.P., J.R. Canada, dan W.G. Sullivan, 1979. Engineering Economy. Mc Millan Publ., Co inc, New York.

Deperindag, 2001. Pengembangan industri minyak atsiri dengan pendekatan klaster industri. Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah. Deperindag, RI, Jakarta.

Disbun Sulut, 2002. Sulawesi Utara Dalam Angka. Dinas Perkebunan Propinsi Sulwasi Utara. Manado.

Eryatno, 1999. Ilmu Sistem. Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press.

Guenther, E., 1972. Minyak Atsiri. Jilid I. Terjemahan UI-Press.

Mirna, 1989. Pengaruh kombinasi cara dan lama penyulingan terhadap rendemen dan mutu minyak daun cengkeh. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB.

10 Comments »

  1. thanksinfonya, jangan dihapus yahhh, aku pasti bakal balik lagi.

    Comment by derry — August 26, 2009 @ 2:07 am

  2. artikelnya tak pinjem buat tugas sekolah yaaah.

    Comment by sapi — September 5, 2009 @ 11:59 pm

  3. Dear …

    Mohon dikirimkan dong artikel nya ke alamat email saya hotler.siagian_abl@yahoo.com

    Thanks,

    Comment by hotler — February 6, 2010 @ 10:37 am

  4. Mohon dikirimkan artikelnya,,untuk membantu tugas skripsi saya.
    trims.
    e-mai:danielsr_bsd@yahoo.co.id

    Comment by Daniel — March 20, 2010 @ 11:06 am

  5. minta informasi dimana saya bisa mendapatkan/membeli minyak cengkeh.
    saya tunggu kabarnya, Terima Kasih.

    Comment by Burhan Irawan — March 14, 2011 @ 5:27 am

  6. i have a great interest to explore clove leaf oil at minahasa but i need an investor , kindly advise..thanks

    Comment by winata wijaya — March 30, 2011 @ 9:57 pm

  7. i have a great interest to explore clove leaf oil at minahasa , but i need an investor , kindly advise …thanks…my mobile number 082 14 116 0304

    Comment by winata wijaya — March 30, 2011 @ 9:58 pm

  8. and i have the market for clove leaf oil , please join with me….let us support each others….

    Comment by winata wijaya — March 30, 2011 @ 10:02 pm

  9. Salam sejatera perkenalakan, nama saya Refky Mirsad mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahan Jakarta, Kementriaqn Perindustrian RI Jurusan Tenaga Penyuluhan Idustri Kecil Menegah Semester akhir, asal Kota Ternate Provinsi Maluku Utara, berhubungan dengan minyak aksiri daun cengkeh sebaba karya akhir saya tentang Studi Kelayakan Bisnis tentang minyak aksiri daun cengkeh jadi saya mohon bantuan informasih tentang:
    1. Dalam salah satu bab ada tentang analisi pasar jadi pertanyaan saya minyak aksiri itu persaingannya dengan produk sejenis seperti minyak apa saja?
    2. Dalam proses penyulingan minyak aksiri daun cengkeh mesin apa saja yang dibutukan dalam proses produksi,nama meain dan alur produksi?
    3. Berapa biaya yang diperlukan untuk pengadaan mesin pengolah minyak atsiri berskala kecil?
    4. minyak aksiri daun cengkeh tujuan pemasarannya di luar negeri mana saja? kalau ada data permintaan luar negeri?

    Comment by Refky Mirsad — July 11, 2011 @ 8:07 am

  10. ijin copas materi gan

    Comment by daniswara — August 10, 2012 @ 6:09 pm


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.