Minyak Atsiri Indonesia

Roni Kastaman

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS PEMANFAATAN LIMBAH AKAR WANGI (Lefiveria zizanoides) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG BRIKET

Oleh : Roni Kastaman

Staf akademik Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Kampus UNPAD Jatinangor Km 21 Sumedang. E-mail : tikakiki@yahoo.com

Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Tahunan PERTETA, dengan tema Pengembangan Inkubator Agrobisnis Berbasis Teknologi Tepat Guna, 10 Desember 2003. Di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI – Subang. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian -Universitas Padjadjaran, 2003

ABSTRACT

In order to obtain the technical feasibility of vetiver grass beneficial, on August untill October 2002 has been done the research in relation with solving the waste vetiver grass problem in Pasirwangi village, as a part of Garut District, West Java Province. The analysis of material held in Pusat Penelitian Teknologi Mineral (PPTM) Bandung and the result such as technically the bricket coal is not sufficient to become source of alternatif energy. It is because of the low calorific value as big as 2,054 cal/g. So, economically it is not feasible to continue on commercial basis of the bricket coal production further more. But the material is still possible to develop as a mixing material on mosquitos killer product in accordance with the potential alkaloid content inside of waste vetiver grass. So, the further research should done to prove this potency.

Keyword : Vetiver grass, bricket coal, low calorific value

I. LATAR BELAKANG

Potensi agribisnis dan agroindustri Jawa Barat hingga saat ini belum tergali secara maksimal, padahal dilihat dari karakteristik alam dan keanekaragaman sumberdaya alam sangat mendukung. Tidaklah mengherankan apabila hal ini dijadikan sebagai salah satu target sasaran dalam rencana strategi pembangunan Propinsi Jawa Barat untuk tahun 2001 – 2005, dimana sektor pertanian (agribisnis dan agroindustri) diantaranya menjadi sektor andalam Jawa Barat terutama dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini pula yang dijadikan andalan pemerintah daerah dalam meningkatkan indikator Index Pembangunan Manusia (IPM) terutama dalam mengatasi dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini.

Sebagaimana diketahui bahwa perkembangan IPM ditentukan oleh tiga komponen kinerja pembangunan manusia, yaitu : Komponen pendidikan, komponen kesehatan dan komponen daya beli masyarakat. Komponen pendidikan di Jawa Barat hingga saat ini masih memerlukan peningkatan mengingat rata-rata tingkat pendidikan penduduk Jawa Barat baru mencapai tamatan SD, sehingga dalam pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat tidak dapat dilepaskan dari latar belakang pendidikan dan budaya yang saat ini berlaku dimasyarakat. Komponen lainnya yang terpenting terutama yang erat kaitannya dengan komponen kesehatan adalah komponen daya beli masyarakat, yang merupakan cerminan dari tingkat perkembangan perekonomian masyarakat (Pemerintah Propinsi Jawa Barat. 2001).

Dalam rangka menumbuh kembangkan potensi ekonomi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan upaya meningkatkan daya beli masyarakat, pemerintah berupa untuk menumbuh kembangkan usaha kecil dan menengah di daerah terutama yang berbasis sumberdaya alam khususnya sektor pertanian. Penggalian potensi ekonomi sektor pertanian hingga saat ini masih memerlukan pengembangan. Tidaklah berlebihan bila pemerintah daerah propinsi Jawa Barat mengembangkan potensi unggulan daerah di setiap Kabupaten.

Minyak atsiri adalah merupakan komoditi industri dan perdagangan yang di pasar internasional memegang peranan penting terutama sebagai bahan baku industri yang dapat mencapai nilai milyaran US dollar . Sebagai contoh misalnya harga 1 ons minyak akar wangi bisa mencapai 25,4 US dollar. Bila nilai tersebut di kurs kan ke nilai rupiah maka untuk sebanyak 1 ons minyak akar wangin dapat mencapai Rp. 228.600,- atau Rp. 2.286.000 per kg bahan.

Potensi minyak atsiri Indonesia demikian banyak, antara lain seperti minyak nilam, minyak cengkeh, minyak akar wangi, minyak sereh wangi, minyak kayu putih, minyak kenanga dan masih banyak lagi. Walaupun dari segi potensi sangat baik, namun dari sisi produksi dan mutunya masih belum memenuhi harapan pasar domestik maupun mancanegara. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dalam hal teknologi, keterampilan, manajemen, permodalan dan upaya-upaya untuk meningkatkan nilai tambahnya. Sebagai salah satu contoh misalnya daerah Kabupaten Garut sejak tahun 80’an sudah dikenal sebagai daerah sentra produksi minyak atsiri seperti minyak jeruk, minyak sereh wangi, minyak akar wangi dan minyak cengkeh. Namun dari sisi pendapatan masyarakat petani hingga saat ini belum begitu signifikan. Salah satu upaya untuk lebih mengembangkan potensi minyak atsiri khususnya minyak akar wangi di kabupaten Garut, saat ini Pesantren Al Falah – Biru di daerah Tarogong Kabupaten Garut telah berupaya membangun sentra produksi dan penyulingan minyak akar wangi. Kegiatan ini salah satunya dilandasi pemikiran bahwa potensi andalan kabupaten Garut dari sektor agribisnis dan agroindustri harus lebih berkembang lagi terutama untuk menjawab tantangan pasar dan sebagai realisasi atau perwujudan dari daerah yang menjadi unggulan dalam bidang agribisnis / agroindustri, meningkatkan indikator IPM daerah dengan mendongkrak keterampilan dan pengetahuan masyarakat serta meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga secara makro diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Pesantren Al Falah – Biru sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berorientasi budaya kemasyarakatan saat ini telah mengembangkan budidaya akar wangi, mesin-mesin pengolahan dan manajemen usaha minyak akar wangi. Namun dalam kapasitas yang masih terbatas. Untuk menanggulangi masalah limbah akarwangi tersebut telah dirintis suatu kajian awal berupa penelitian pemanfaatan limbah akarwangi sebagai bahan baku campuran arang briket.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran kelayakan baik secara teknis dari campuran arang briket dari bahan limbah akar wangi tersebut. Diharapkan dengan mengetahui kelayakan produk samping dari limbah akar wangi ini akan mampu memberikan manfaat seperti :

  1. Mengatasi masalah limbah industri pengolahan akar wangi.
  2. Menciptakan lapangan kerja baru sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan kesempatan berusaha.
  3. Mengembangkan produk samping olahan dari limbah akar wangi sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat

II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berdasarkan pengamatan empirik di lapangan diperoleh informasi bahwa limbah akar wangi hingga saat ini masih menjadi masalah bagi lingkungan di sekitarnya terutama bau dan penampakannya yang tidak indah dipandang. Penanganan limbah akar wangi yang paling sederhana dan cepat dilakukan oleh kebanyakan petani di sentra agroindustri akar wangi adalah dengan cara dibakar sehingga asap yang ditimbulkan membawa dampak polusi.

Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menganalisis bahan limbah tersebut untuk dijadikan bahan baku arang briket. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan penggunaan limbah tersebut sebagai bahan bakar alternatif yang dapat menunjang ketersediaan bahan bakar bagi tungku pemanas (boiler) destilator minyak akar wangi yang selama ini masih menggunakan kayu bakar dan minyak tanah.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di sentra produksi akar wangi yang dikelola oleh Pesantren Al Falah Biru Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2002. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan analisis karakteristik bahan dilakukan di Laboratorium Pengujian Batu Bara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (PPTM), Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral di Bandung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penanganan Limbah di Lokasi Penelitian

Penanganan limbah yang dilakukan di lapangan masih belum memadai dan masih menimbulkan polusi, sehubungan dengan pembakaran limbah setelah proses destilasi selesai acapkali dilakukan oleh kebanyakan petani (Gambar 1). Asap yang ditimbulkan masih mengandung minyak atsiri dari akar wangi sehingga bau asap lebih menyengat.

0g1

Gambar 1. Penangan Limbah Akar Wangi dengan Dibakar

Dampak negatif yang saat ini dirasakan masyarakat dengan penanganan limbah dengan cara dibakar tersebut antara lain :

  1. Polusi udara. Kondisi ini mengganggu masyarakat di sekitar pabrik, namun belum ada data yang memberikan gambaran kasus gangguan kesehatan pada masyarakat.
  2. Pencemaran air oleh sisa bahan / limbah
  3. Tanaman di sekitar timbunan limbah mengalami hambatan pertumbuhan
  4. Membutuhkan tempat pembuangan yang luas sehingga lahan menjadi kurang produktif

4.2. Proses Pembuatan Briket Arang Limbah Akar Wangi

Beberapa tahapan dalam pembuatan briket arang, antara lain sebagai berikut :

1. Pembuatan serbuk arang

Pada proses ini berat jenis bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi kerapatan arang yang dihasilkan. Bahan baku dengan berat jenis yang lebih tinggi akan menghasilkan arang yang lebih berat dalam setiap volume dibandingkan dengan bahan baku dengan berat jenis yang lebih rendah (Seng, 1964). Semakin semakin halus ukuran serbuk arang maka makin baik briket yang dihasilkan (Boedjang, 1973).

2. Pencampuran serbuk arang dengan pengikat

Serbuk arang dari limbah akar wangi memiliki sifat higroskopis dan berstruktur porus, sehingga daya ikat antar molekul sejenis relatif kecil dan struktur fisiknya rapuh. Sehingga perlu tambahan zat yang berfungsi sebagai bahan pengikat atau penguat pati, tanah liat (clay), tetes tebu (molase), getah (resin) tumbuhan, dan ter. Syarat bahan pengikat dalam hal ini adalah tidak mudah menimbulkan bau busuk bila dibakar, kemampuan mengikat yang baik, murah, dan mudah diperoleh (Karch & Boutette, 1983).

3. Pencetakan briket

Proses ini dimaksudkan agar adonan menjadi briket dengan daya guna dan hasil guna yang baik. Semakin tinggi tekanan yang diberikan akan semakin baik kerapatan dan keteguhan briket arang yang dihasilkan (Hartoyo dan Roliandi, 1978).

4. Pengeringan

Menurut Kirana (1985), suhu pengeringan yang umum untuk membuat arang briket adalah sebesar 600C hingga kadar air briket sekitar 4,34 persen.

Prosedur pengujian arang briket yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut :

  1. Serbuk arang limbah akar wangi dicampurkan dengan perekat tepung kanji (berupa lem) dengan perbandingan 2 : 1. sehingga membentuk adonan.
  2. Penimbangan adonan untuk mengetahui berat awal bahan.
  3. Adonan dimasukkan ke dalam silinder penampung mesin pencetak.
  4. Mencetak briket dengan mesin pencetak.
  5. Penimbangan briket yang telah dicetak lalu ditimbang.
  6. Pengeringan arang briket dalam oven selama 4 jam dengan temperatur pengeringan sebesar 60oC.
  7. Penimbangan arang briket arang setelah pengeringan.
  8. Menguji bahan arang briket di laboratorium untuk mengetahui karakteristiknya.

Gambaran tahapan pengujian arang briket limbah akar wangi tersebut adalah sebagai berikut :

0g2

Gambar 2. Tahapan Proses Pembuatan Arang Briket dari Limbah Akar Wangi

4.3. Hasil Pengujian Arang

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari sisi nilai kalor bahan, arang yang dihasilkan ternyata memiliki nilai kalor yang rendah yaitu sebesar 2054 kalori/gram bahan (Tabel 1). Gambaran ini memberi makna bahwa secara teknis limbah akar wangi kurang baik bila dijadikan sebagai bahan bakar mengingat nilai kalornya yang rendah dibandingkan dengan arang lainnya (Tabel 2).

Re-exposure of 0t1

Re-exposure of 0t2

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dapat diketahui bahwa secara teknis arang briket dari limbah akar wangi kurang begitu baik untuk dijadikan sebagai sumber bahan bakar alternatif. Hal ini disebabkan karena nilai kalor yang terkandung pada bahan yang rendah, yakni hanya sebesar 2.054 kalori per gram bahan. Namun untuk sebagai bahan campuran produk lainnya masih memungkinkan untuk dilakukan, misalnya untuk campuran bahan obat nyamuk dengan memanfaatkan abu dan serbuknya (carbon) dimana pada bahan masih terkandung alkaloid khas akar wangi. Hal ini diperlukan pengujian produk lebih lanjut sehingga akan diperoleh kelayakan produksinya baik secara teknis maupun ekonomi. Menurut hasil pengujian di atas nampaknya belum memungkinkan untuk dilakukan proses fabrikasi produk arang briket limbah akar wangi mengingat secara teknis kurang memadai sehingga secara ekonomi akan menjadi tidak efisien. Dengan demikian upaya ini belum dapat diimplementasikan menjadi sebagai salah satu bentuk kegiatan alternatif usaha baru bagi masyarakat khususnya petani akar wangi di Kabupaten Garut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Pimpinan Pesantren Al Falah Biru dan Juga Bapak Dr.Dedi S.Priatna dari CV.DSP yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas bagi penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ketua LPM dan Kepala Divisi Pengembangan Informasi dan Teknologi Tepat Guna LPM UNPAD atas kesempatan kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Boedjang F. 1973. Pembuatan Arang Cetak . Laporan Karya Utama Departemen Teknologi Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Bandung.

Hartoyo, J dan Roliandi, H. 1978. Percobaan pembuatan Briket Arang dari Lima Jenis Kayu Indonesia. Laporan Penelitian. Lembaga Hasil Hutan. Bogor.

Karch, G.E., Boutette, M. 1983. Charcoal Small Scale Production and Use. Germany Appropriate Technology Exchange. Germany.

Kirana, M. 1985. Pengaruh Tekanan Pengempaan dan jenis Perekat dalam Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis quinensis J.). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB Bogor.

Pemerintah Propinsi Jawa Barat. 2001. Peraturan Daerah No.1 Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

Porges, J. 1976. Handbook of Hatchery Ventilating and Air Conditions. News Butter Worty and Vincy. England.

Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-jenis Kayu Indonesia dan Penelitian Beratnya Kayu untuk Keperluan Pabrik. Lembaga Hasil Hutan. Bogor.

Tantan H.Z. 2002. Rancang Bangun Alat Pencetak Briket Arang Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.